Olivia sibuk membersihkan darah segar Reian yang terus mengalir, sedangkan Reian hanya dapat menahan sakit.
"Masih sakit?"tanya Olivia menatap Reian.
Reian menggeleng canggung," nggak lagi."
Olivia menatap kembali wajah Reian yang mulai memerah. Reian makin canggung saat ditatap Olivia. Makin lama pandangan Olivia terkunci pada wajah Reian.
"L.. lu ngapain sih!?"Reian memundurkan wajah Olivia pelan.
"Kamu sakit?"tanya Olivia.
Reian menggeleng kaku," ng.. nggak!"
Olivia menunjukkan pipinya," kenapa merah?"
Reian menelan liur tak dapat menjawab pertanyaan Olivia. Keadaan menjadi hening seketika, padahal Olivia masih menunggu jawaban Reian.
"Lu.. mundur dulu napa? G.. gue agak gugup kalo lo deket deket,"Reian membuang wajahnya yang sudah merah pekat.
Olivia memundurkan wajahnya dan berdiri dari tempatnya menuju dapur.
***
Tak
Tak
Tak
Olivia sibuk mengiris bawang untuk makan malamnya sedangkan Reian hanya menontoni Olivia sambil memakan buah apel di atas meja makan dapur.
"Ol, gue mau nanya,"Reian mencoba mengajak Olivia berbicara.
"Hm?"
"Lo pernah denger gak? Kalau lo dibilang pembunuh?"tanya Reian melipat tangannya.
Mendengar itu Olivia menghentikan aktivitasnya dan menatap Reian.
"Lo segitu kejamnya ngebunuh anak anak di sekolah? Dan setiap kali anak yang lo bawa bakal mati pas lagi hujan deras, karena.. lo suka ngebunuh orang pas hujan,"lanjut Reian.
"Nggak, itu bohong,"jawab Olivia.
Glegar!
Hujan mulai turun saat Reian dan Olivia mulai berdebat.
"Semua orang bilang gitu kok! Gak usah bohong!"balas Reian.
"Bener kok! Aku gak pernah bunuh orang!"Olivia tak terima.
"Tunggu, ini lagi hujan.. lo mau bunuh gue ya!?"tanya Reian membuat emosi Olivia menaik.
"Udah aku bilang bukan aku!"teriak Olivia yang sudah terkumpul emosi dan melempar pisaunya nyaris mengenai Reian.
Terlihat pisau Olivia menyangkut di dinding dapur.
"Lu mau bunuh gue!?"tanya Reian kesal.
Olivia menunduk dengan nafas terengah engah, dia sudah muak dengan kelakuan Reian.
"Kalau kita sudah mengerjakan tugas, silahkan pergi dari rumah ini,"itu adalah kata terakhir Olivia sebelum mengambil semua bahan bahan yang diperlukan.
Rasa penasaran dan bersalah bercampur aduk di pikiran Reian. Reian bukannya bermaksud begitu.
"Olivia, gue gak bermaksud.."belum selesai Reian melanjutkan kata katanya.
"Bermaksud apa? Gue udah bilang bukan gue pelakunya,"jawab Olivia sambil mencabut pisau yang menyangkut di dinding.
Mendengar jawaban itu, Reian hanya bisa menghela nafas.
***
Reian berjalan keluar pagar rumah Olivia, sambil menatap ke arah belakang, terlihat Olivia dengan ekspreksi wajah marahnya lalu membanting pintu rumahnya. Reian tersenyum pahit melihat tingkah laku Olivia.
"Lagi lagi, ada yang mengiraku pembunuh,"Olivia bersandar di pintu rumahnya dengan lelah.
Tak sengaja ia melihat foto keluarganya yang sudah lama pergi.
"Bantuin aku kakak."
***
Kriing
Mendengar suara nyaring dari bel tersebut, seluruh siswa segera membereskan buku buku yang ada di atas meja dan menukarkan dengan buku mata pelajaran yang baru.
"Mm.."Reian menoleh ke arah Olivia yang sedang duduk dengan tenang tanpa pembicaraan dari awal masuk kelas.
"Olivia, lo masih mara.."
"Iya,"jawab dingin dari Olivia.