Zia sudah sampai di terminal jepara sendirian. Ia menunggu jemputan dari johny, anak dari tangan kanannya kakek zia. Walaupun fajar belum menyingsing sempurna, terminal sudah di penuhi para pedagang yang akan berjualan di pasar.
Zia memutuskan untuk mengisi liburan semester ini di rumah kakek dan neneknya.
“Lama banget sih!” pekik zia, membuat orang yang berada di dekatnya menoleh ke arahnya dengan aneh.
Zia tersenyum dan melambai ke arah orang-orang yang menatapnya dengan aneh.
Tangan kekar seorang lelaki mendarat lembut di pundak zia. Zia menoleh ke arahorang yang memegang pundaknya dengan muka melasnya. Zia tersenyum lega setelah mengetahui orang itu adalah johny.
“Johny?!” panggilnya manja. “ah, kenapa kamu sangat terlambat. Aku lelah nungguinnya!” keluhnya dengan cemberut.
Johny tersenyum menanggapi sikap manjanya zia. johny sudah terbiasa dengan sikap manja zia. Sejak kecil jika zia berada di jepara zia akan main dengan johny. Itulah yang membuat zia dan johny sangat akrab.
“Maaf neng, johny langsung bangun setelah mendapat panggilan dari neng zia. Johny aja masih pakai boxer”
Zia melihat johny dari bawah sampai atas. Dengan muka baru bangun tidur, rambut yang masih porak-poranda dan sarung yang di selempangkan di leher. Johny tidak berbohong.
Zia menggangguk. “awas kalo bohong ya john!” ancamnya.
Johny membawakan koper milik zia dan zia mengekor di belakang johny. Zia masuk ke mobil hitam milik kakeknya. Setelah johny menjalankan mobilnya, zia tertidur pulas di mobil.
Zia terkejut saat tersadar dari bangunnya. Zia melihat tersadar mobilnya berhenti di tempat gelap dan tempat yang tidak ia kenali. Johny yang asalnya duduk di sampingnya sudah hilang entah kemana. Zia pu memutuskan keluar dari mobil.