Seoul,24 Mei 2017
"Eomma, apa kau baik baik saja?" Eomma(ibu)
"Ah iya, eomma baik baik saja"
"Eomma, geojitmalhajima" (jangan berbohong)
"Eomma tidak apa apa Nara"
"Lalu kenapa eomma menangis. Aaah jangan bilang ini karena appa lagi" appa(ayah)
Wanita yang disebut ibu oleh Nara itupun tersenyum lalu mengusap kepala Nara . "Sayang, umurmu masih terlalu jauh untuk tau hal ini, eomma khawatir jika kau tau maka kau akan kepikiran, dan itu berpengaruh kepada sekolahmu sayang" ibu Nara berucap pelan dan lembut mencoba memberi pengertian kepada sang anak. " A! Wae!? Aku sudah cukup besar eomma. Sekarang katakan padaku apa yang membuat eomma bersedih seperti ini"(kenapa). Nara tetap kukuh ingin tau apa yang membuat ibunya bersedih seperti itu, karena Nara melihat ini tidak sekali, tapi sudah sering. Nara iningin bertanya tapi terlalu takut untuk itu, sampai Nara melihat ibunya menangis lagi dan Nara benar benar tidak tahan. "Nara-ya, kau kan sudah tau kelakuan appamu, jadi kau juga tau kenapa ibu begini."
"Huh, baiklah eomma aku paham sekarang. Aku akan kekamar untuk istirahat"
"Hmmm, baiklah"
Sekarang Nara berada di kamar nya, mengurung dirinya di kamar, bahkan ia tidak peduli jika sang ibu memanggil nya untuk makan malam, jika ibunya memanggil lagi maka dia akan menjawab "eomma, aku tidak lapar, eomma makan lah duluan" hanya kata itu yang Nara ucapkan tanpa mau keluar dari kamarnya.
♡♡
Hari demi hari telah berlalu, tak terasa Nara sudah akan menghadapi semester akhir. Sekarang Nara berada di tempat sepupunya bersama kedua orang tuanya, ayah Nara yang mengajak mereka, ayahnya bilang hari ini dia libur Nara senang mendengar nya, karena ayahnya akhir-akhir ini sering menghabiskan waktu di kantor dan pulang larut. Tak terasa waktu sudah sangat sore, Nara dan kedua orang tuanya pulang kerumah, tapi sebelum pulang Nara melihat ayahnya sedang menelepon seseorang Nara hanya berpikir mungkin itu rekan kerja ayahnya, lalu Nara dan ibunya duluan memasuki mobil mereka. Setelah selesai ayah Nara memasuki mobil dan mereka melaju ke rumah. Sesampainya di rumah Nara dan ibunya turun tetapi tidak dengan ayahnya. "Aku ada urusan di kantor, aku hanya sebentar"
"Hmmm baiklah, hati hati dijalan" Nara yang mendengar nya agak jengkel, bukankah ayahnya bilang sedang libur, kenapa tiba tiba kekantor malam hari, Nara sempat curiga namun kecurigaan nya segera ia tepis. Nara memasuki rumah dan menuju kamarnya untuk mandi dan istirahat, Nara membaringkan tubuhnya di atas kasur, tapi itu tidak bertahan lama setelah mendengar bunyi bel rumah, justru itu membuat Nara kesel. Nara pun keluar dan membukakan pintu rumah, ketika Nara membuka pintu Nara melihat sosok wanita, Nara teman ibunya sering kerumah, tapi dia tidak kenal sama sekali dengan wanita itu. Cukup lama Nara memperhatikan orang itu sampai akhirnya dia bertanya. "Apa ayahmu ada?"
"Eoh, appa? Dia tidak ada dirumah"
"Kalau begitu aku ingin bertemu ibumu"
"Hmmm, sebentar aku panggil dulu"
Nara berjalan menuju kamar ibunya, Nara mengetuk pintu kamar tapi tidak ada sahutan, Nara pun masuk kedalam kamar mencari ibunya, setelah mendengar gemercik air dari dalam kamar mandi Nara pun menunggu ibunya keluar.
"Eomma, diluar ada seorang wanita mencari appa, tapi aku bilang padanya appa sedang tidak ada, jadi dia mencari mu"
"Eoh wanita? Siapa?"ibu Nara bertanya. Dia bingung siapa yang mencari suaminya malam malam begini.
"Hmm, seorang wanita, aku tidak tau eomma, lebih baik eomma liat saja"
Ibu Nara keluar dan melihat siapa yang mencari nya, Nara tidak mengikuti, dia hanya diam di kamar ibunya. Cukup lama ibunya diluar, setelah itu ibunya masuk kekamar, tapi tidak dengan wajah yang sangat sulit diartikan, ibunya menangis. Nara bingung dia tidak tau apa apa, lalu dia bertanya " eomma~~ eomma kenapa, kenapa eomma menangis apa wanita yang diluar tadi melukai eomma?" Tanya Nara dengan polosnya. "Tidak sayang" ucap ibunya sambil mengelus kepala Nara " aaaaa, aku tau apa itu wanita selingkuhan appa?" tanya nara "hey, dari mana kau tau hmm" ujar ibu Nara "aku hanya menebak, mana mungkin eomma nangis setelah melihat wanita itu kan"
"Sekarang eomma harus apa, appa mu belum pulang"
"Coba eomma telpon dan bilang ada yang mencari appa"
Ibu Nara pun menelepon ayahnya, berbicara bahwa ada yang mencari nya di rumah. Setelah menelpon ayah Nara ibu Nara kembali menelpon seseorang, Nara tidak tau siapa namun pembicaraan ibunya dengan orang itu sangatlah serius dan satu kata yang Nara dengar "cepatlah kemari aku takut di berbuat masalah" hanya itu yang Nara dengar. Nara ingin keluar setelah mendengar appa nya datang tapi eomma nya menyuruh nya diam dikamar, Nara menurut dia hanya dia dikamarnya, sambil memainkan ponselnya. Nara sangat penasaran dengan apa yang dibicarakan mereka sampai akhirnya Nara mendengarkan perkataan mereka, yang membuat Nara kaget dia mendengar wanita itu minta pertanggungjawaban, Nara bingung maksud dari pertanggung jawaban apa, apa wanita itu hamil, Nara masih diam di tempatnya sampai dia di kagetkan dengan suara bentakan ayah Nara, dia membentak wanita yang tadi datang kesini, Nara justru kaget kenapa ayahnya membentak wanita itu Nara terus mendengarkan pembicaraan mereka, Nara agak kecewa kepada ayahnya. Nara sudah tidak tahan mendengar mereka berbicara Nara pun kembali ke kamarnya dan dia hanya duduk diam, dia melamun.
♡♡
Kejadian pada malam itu membuat Nara begitu shook, sangat shook pasti nya, dia tidak menyangka ayahnya seperti itu. Hari ini Nara sedang bersantai dirumah, ayahnya sedang ada urusan di kantor, dan ibunya sedang sibuk di dapur, karena bosan Nara hanya duduk di ruang keluarga dan menonton TV, Nara tidak sadar jika ibunya berada di sebelah nya. Nara sangat asik menonton TV, ditengah keasikannya Nara mendengar ibunya sedang berteleponan dengan seseorang, setelah Nara bertanya ternaya nenek Nara yang ada di Busan, Nara kembali fokus menonton TV, Nara melihat ibunya masuk kekamar. Setelah lama iya menonton TV, Nara melihat ibunya membawa koper, tidak mungkin ibunya mau pergi dari rumah hanya karena masalah yang sudah lewat dua Minggu yang lalu. "Eoh eomma mau kemana?"
"Eomma ingin ke tempat nenekmu yang di Busan, katanya dia tidak ada yang menemani nenekmu"
"Hmmm begitu kah"
"Iya, jika appa pulang bilang padanya eomma di tempat nenek"
"Eoh? Kenapa eomma tidak telpon appa saja?"
"Eomma sudah menelepon nya tapi tidak ada jawaban"
"Hmmm baiklah eomma"
"Yasudah eomma berangkat" ibu Nara pun memasuki tadi, dan berangkat kebusan, sekarang Nara sendirian di rumahnya hanya di temani kucing peliharaan Nara, sambil menunggu ayahnya pulang Nara duduk diruang keluarga, dia takut, takut ayahnya akan marah kepada ibunya karena ibunya pergi tanpa sepengetahuan ayahnya. Nara hanya diam duduk di sofa ruang keluarga, dua menunggu ayahnya pulang, Nara sangat ketakutan dia tau ayahnya orang yang sangat menyeramkan jika sedang marah ia bahkan tidak berani melawan ayahnya sekalipun, ketika sedang melamun nata di kagetkan dengan suara pintu yang terbuka, Nara melihat ayahnya menuju sofa ruang keluarga. Nara benar benar takut sekarang, ia hanya diam tanpa menatap ayahnya.
"Dimana eomma mu"
"Emmm, eomma tadi kerumah nenek di Busan appa"
"Apa?! Kenapa dia tidak bilang pada appa, kenapa di malah meninggalkan mu sendirian dirumah?!"
Ayah Nara berjalan menuju kamar dengan sangat terburu buru, ayah Nara melihat isi lemari yang kosong tidak ada pakaian istrinya sama sekali, ayah Nara sangat geram dan keluar lalu menghampiri Nara.
"Sejak kapan eomma mu pergi"
"Baru beberapa menit yang lalu appa"
"Benarkah?! Dia bilang berapa lama di sana"
"Eomma bilang dia hanya seminggu appa"
"Seminggu?! Tapi baju eomma mu habis tidak ada di lemarinya Nara!"
"Hah?!" Nara sangat kaget, ibunya benar benar pergi, tanpa dirinya dan meninggalkan nya sendirian dirumah, astaga Nara sangat kecewa sedih menjadi satu ingin rasanya ia teriak tapi itu tidak akan mengubah apapun.
Nara sibuk menelepon ibunya, tapi tidak pernah diangkat melihat ayahnya yang sangat frustasi, Nara sangat kasian Nara tidak tau apa apa tentang masalah orang tuanya. Ketakutan Nara selama ini benar benar terjadi, dia takut keluarganya hancur, dan itu sudah terjadi. Ayah Nara terus menelpon tapi tidak diangkat juga, dengan sangat kesal ayahnya mengambil kunci mobil dan melaju menyusul ibu Nara. Nara diantar ketempat sepupunya, dia sangat bingung apa yang sedang terjadi. Semalaman Nara tidak ingin makan, dia masih memikirkan keadaan ayah dan juga ibunya, bahkan dia tidak memikirkan dirinya sendiri dia hanya memikirkan apa yang terjadi pada keluarganya.
Pagi pagi sekali Nara terbangun bahkan sekarang masih sangat pagi, sepupunya saja masih tidur sangat nyenyak, Nara hanya duduk di tempat tidurnya dia terus mengecek ponselnya tidak ada satupun tanda tanda ayahnya menelpon, ia benar benar bingung sekarang.
Nara
Seoul, 06:30 AM KST
Aku beranjak dari tempat tidurku, dan menuju kamar mandi. Setelah selesai mandi aku siap siap untuk sarapan, rasanya benar benar canggung karena aku tidak terlalu dekat dengan keluarga dari sepupuku itu.
"Nara-ya, kapan kau ujian semester akhir?"
"Eoh? Seperti nya lusa bibi"
"Hmmm begitu kah."
"Hmm. Bibi apakah appa ada menelpon kalian?"
"Tidak ada. Kenapa?"
"Tidak bibi aku hanya bertanya"
Sekarang aku sudah selesai makan, aku kembali kekamar aku benar benar bosan ayahku tidak menelpon sama sekali aku sangat khawatir padanya. Aku hanya berbaring di kasur dengan pikiranku yang sangat kacau.
Aku melamun cukup lama, sampai aku tersadar bahwa ada seseorang yang memanggilku, aku di panggil oleh bibi Jung aku segera menghampiri nya, ternyata ayahku menelpon, aku sangat senang dan aku mengambil telpon tersebut dari bibi Jung. Awalnya aku sangat senang ayahku baik baik saja, tapi itu tidak bertahan lama aku ditampar dengan kenyataan pahit, ayah dan ibuku bertengkar hebat malam itu, aku sangat terkejut, ayah bilang mereka berdua akan segera berpisah, aku ingin menangis sejadi jadinya, aku tidak pernah menginginkan ini, ini adalah mimpi buruk bagiku. Aku hanya menatap ponsel yang aku pegang sekarang tanpa ada kata yang keluar dari mulutku, kenapa?! Kenapa ini terjadi padaku, aku tidak pernah menginginkan nya ini membuat ku hancur lebih hancur dari pada aku melihat orang tua ku bertengkar menangis pun tidak ada gunanya tidak mungkin dengan cara ku menangis aku bisa membuat orang tuaku kembali.