Aliran darah mengucur deras di antara kedua belah pahaku. Menguliti setiap inci tubuhku dengan rasa jijik atas dosa yang bahkan tidak pernah kulakukan. Semuanya terjadi di luar kendali tanpa bisa kuhindari. Aku bahkan tidak bisa memiliki hak atas kebebasanku sendiri.
Bak kawanan singa yang melumpuhkan seekor rusa ringkih dan tak berdaya, para bedebah itu berpesta di atas nestapa seorang gadis desa yang tidak punya apa-apa. Dengan kejam dan tak berperasaan, mereka merajam kelopak bungaku dengan jutaan duri tajam. Kehormatanku direnggut secara paksa, menyisakan rombongan penyesalan yang memasungku ke dalam bayangan kelam masa lalu.
Malu. Takut. Marah. Mati rasa. Hampa.