23 September 1970
Pemberitaan nasional dipenuhi oleh kabar tentang kasus penculikan dan pemerkosaan yang dialami Ruminah. Koran-koran besar menyebutkan bahwa salah satu terduga pelaku adalah anak dari pengusaha terkenal.
Publik pun dibuat gempar dan tidak menyangka. Sebab, dari tiga perusahaan besar yang ada di Kertayodya, satu di antaranya tidak punya anak laki-laki, satu lainnya punya anak laki-laki yang sudah berkeluarga dan dikenal sangat harmonis dengan istrinya, sedangkan yang terakhir adalah perusahaan Madoeraja.
Spekulasi berkembang liar. Masyarakat mulai menuding satu nama. Kresna Dirjaya. Kendati tidak ada satu pun media yang menyinggung nama Kresna, para warga mulai berkasak-kusuk. Bola informasi itu bergulir dengn sangat cepat. Desas-desus santer terdengar hingga ke kediaman Soedirja.
Mulai dari sopir, tukang masak, tukang bersih-bersih, tukang kebun, sampai para satpam, berbisik-bisik membicarakan kabar itu. Selama ini mereka mengenal Kresna sebagai pribadi yang ramah, menyenangkan, cerdas, bahkan ia dikabarkan mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliah ke Amerika. Suatu pencapaian yang sangat jarang didapatkan oleh pemuda seusianya.
Sejak kecil, Kresna tidak pernah dekat dengan ayahnya karena Soedirja selalu sibuk bekerja. Mereka berinteraksi sekenanya. Walaupun tinggal dalam satu atap, rasanya asing dan seakan ada tembok tinggi yang memisahkan keduanya. Jurang yang terbentuk di antara keduanya, membuat Kresna tumbuh tanpa kasih sayang seorang ayah.
Hanya ibunya yang selalu ada untuknya. Rukmini sering kali menanyakan bagaimana perasaan Kresna, menyediakan seluruh kebutuhannya, tak pernah absen untuk memastikan bahwa putranya baik-baik saja. Sampai sekarang pun Kresna selalu menceritakan apa pun pada Rukmini. Sang ibu juga mengetahui bahwa putranya menyukai Ruminah.
Dua puluh tahun lalu, Rukmini mengenal Soedirja sebagai sosok yang tegas, cerdas, dan pekerja keras. Sehingga ia pun menerima pinangannya, meski Soedirja terpaut sepuluh tahun lebih tua. Rukmini mendampingi Soedirja dengan sabar dan penuh pengertian sejak belum memiliki apa-apa, sampai sekarang bisa menggenggam dunia.
Soedirja membangun perusahaannya mulai dari nol, tanpa bantuan orang tuanya. Meski ia anak pengusaha kaya, tetapi ia ingin berusaha sendiri. Soedirja mengembangkan sebuah merek dagang bernama Madoeraja.
Dua puluh lima tahun lalu, ia mengawali bisnis dengan menjual produk gula pasir dengan menawarkan dari rumah ke rumah. Ketika pesanan mulai banyak, ia menitipkan ke warung-warung, lalu ke toko-toko, dan lama-kelamaan dijual ke seluruh provinsi.
Perlahan tapi pasti, reputasi Madoeraja terus menanjak. Sebagai produsen gula terbesar, tentu kiprahnya sudah tidak diragukan lagi. Ia bahkan menyandang gelar sebagai raja dari segala merek gula di nusantara.
Kerja keras Soedirja membuahkan hasil. Selain sebagai pebisnis, saat ini ia juga menjabat sebagai pejabat tingkat daerah. Masyarakat merasa puas dengan kinerjanya. Sampai pria yang berusia separuh abad itu didapuk menjadi calon wali kota di Kertayodya untuk pemilihan tahun depan.
Tabiat kasar Soedirja baru muncul justru setelah Madoeraja mulai dikenal luas, tepatnya 15 tahun lalu. Memang benar, kesuksesan dan uang kerap kali mengubah karakter manusia. Sejak itu, suaminya menjadi sering mabuk-mabukan, jarang pulang, bahkan beberapa hari tidak pulang karena perjalanan bisnis.
Sudah tiga hari ini Soedirja belum pulang lantaran harus mengurus pabrik gula aren di Kota Tumanggung. Sehingga, saat kemarin pagi Kresna pulang dalam keadaan sangat berantakan dan berbau alkohol, Soedirja tidak mengetahuinya. Kemarin pagi Kresna pulang dengan tatapan kosong, tangan gemetar, bibir pucat, dan baju yang tampak compang-camping. Ada beberapa bercak darah yang menempel di bajunya.