Gunawan meremas koran yang sedang dibacanya pagi ini. Berita tentang penyakit yang diderita Ruminah memenuhi tajuk utama. Dengan judul yang besar dan terbaca dengan jelas, hati Gunawan semakin panas. Berita tersebut juga menyoroti kemungkinan bahwa Ruminah bisa saja kehilangan rahimnya. Kabar tersebut tak ayal membuat pikirannya keruh. Keindahan taman belakang rumahnya yang luas dan hijau, dengan bunga-bunga yang mekar warna-warni, tidak bisa menjernihkan isi kepala laki-laki itu.
Hal yang paling membuatnya berang adalah saat mengingat bahwa Ruminah punya mimpi-mimpi besar yang belum ia capai. Dengan berbagai pemberitaan yang dialaminya sekarang, apakah mimpi-mimpi itu masih dapat terwujud? Apalagi Ruminah dicap sebagai anggota Partai Kapak Merah. Bahkan, walaupun sudah berselang lima tahun, masyarakat masih bergidik ngeri ketika mengingat peristiwa berdarah itu.
Tebersit pikiran untuk membunuh para pelaku, kelak ketika Gunawan akhirnya bisa bertemu dengan mereka. Para pesakitan berotak tumpul itu telah merenggut masa depan Ruminah. Mereka juga merampas harapan Gunawan untuk bisa membina rumah tangga bersama perempuan pujaannya. Rasa kebencian yang mendalam menguliti sisa-sisa kebahagiaan yang Gunawan punya.
Sejak awal, Gunawan tahu bahwa hubungannya dengan Ruminah akan sulit direstui oleh ayahnya. Perbedaan status sosial tentu sudah menjadi alasan utama. Sejak beberapa tahun belakangan, ayahnya memang berencana menjodohkan dirinya dengan seorang perempuan ningrat dari Kota Kudus.
Gadis itu anak seorang pewaris rokok kretek yang sangat terkenal dan menjadi primadona banyak pria. Namun, Gunawan belum menyetujuinya dengan alasan ingin belajar lebih banyak tentang bisnis perusahaan lebih dulu. Jika ia sudah menguasai seluruh lini usaha ayahnya, baru ia bersedia untuk menikah. Padahal di balik semua alasan itu, ia hanya sedang mempersiapkan diri untuk mengenalkan Ruminah pada kedua orang tuanya.
Namun, dengan terjadinya tragedi ini, angannya untuk bisa menua bersama Ruminah hanya menyisakan puing-puing asa yang berserakan di bawah kakinya. Apalagi jika ditambah kemungkinan Ruminah tidak dapat memberinya keturunan. Sudah pasti orang tuanya menolak mentah-mentah.
Mengingat itu, lahar dalam dadanya meletup-letup. Sekujur tubuhnya menegang oleh amarah. Tinggal menunggu waktu sampai gunung api dalam dirinya akan meledak, jika skenario memuakkan ini terus dijalankan.
Meskipun masih ada secuil kesabaran yang Gunawan simpan dalam hatinya, lama-kelamaan hal itu akan habis dilahap masa. Apalagi kalau setelah ini mereka belum juga puas menyiksa batin Ruminah. Ia tidak akan tinggal diam dan bisa saja berbuat nekat sesuai dengan keyakinannya.
Ketika hendak kembali masuk ke rumah, pandangan Gunawan tertumbuk pada berita yang berada di bawah tajuk utama. Awalnya ia tidak menyadari berita itu, karena terlalu fokus dengan kabar tentang Ruminah. Saat membacanya, sebuah harapan baru perlahan terbit. Sungai-sungai duka yang semula mengalir terlampau deras, akhirnya kembali menemukan titik tenang. Tercetak dengan jelas judul berita itu “Jenderal Susilo Akan Terjun Langsung Menangani Kasus Gadis R”.
Jenderal Susilo adalah seorang Kapolri yang dikenal sangat jujur dan mungkin menjadi satu-satunya polisi paling jujur. Hidupnya amat sederhana. Bahkan di rumah dinas beliau hanya ada barang-barang bertuliskan “inventaris polisi”. Tidak ada satu orang pun yang bisa memberi beliau gratifikasi atau biasa disebut “tanda terima kasih”. Sebab, beliau akan menolak semua barang mewah yang diberikan kepadanya.
Istri Jenderal Susilo juga dikenal sebagai sosok yang sangat baik. Beliau mendukung penuh keputusan Jenderal Susilo dan tidak pernah protes sama sekali dengan kesederhanaan hidup mereka. Padahal dengan pangkat tertinggi yang disandang Jenderal Susilo, beliau bisa hidup bermewah-mewah dari bayaran yang diberikan orang-orang. Namun, beliau tetap teguh memegang prinsip bahwa kejujuran menjadi hal yang paling krusial untuk menjalani profesinya. Beliau tidak ingin masyarakat menjadi kehilangan kepercayaan pada pihak kepolisian.
Dalam artikel itu, dituliskan bahwa Jenderal Susilo sudah berada di Kertayodya sejak kemarin malam. Hari ini beliau akan langsung mulai mengusut dari daerah awal penculikan sampai tempat-tempat sekitar Tempat Kejadian Perkara (TKP). Usai membaca berita itu, Gunawan bergegas menemui Ningsih untuk melancarkan rencana mereka. Semoga kali ini akan ada titik terang.