Dapat kurasakan ada yang menguncang tubuhku sambil mengatakan sesuatu, samar aku dapat mendengarnya tapi mata dan tubuhku seperti tak ingin bekerja sama. Lelah sekali dan ingin tidur saja. Kuabaikan, tapi si penganggu ini tak jera juga, terus saja mengguncang tubuhku. Lalu entah di menit ke berapa tiba-tiba ada air yang jatuh ke wajahku, tunggu kok lama-lama jadi makin banyak.
Awalnya hanya percikan kecil makin ke sini malah tambah banyak jadi mau tak mau aku membuka mata, silau cahaya bohlam yang pertama kudapati setelah membuka mata. Eh, aku tadi tak menyalakan lampu karena masih sore, terus siapa yang menyalakan lampu dan menutup jendela kamar?
Begitu mataku sibuk mencari si pengganggu yang membuatku terbangun, jawabannya ada di depan pintu kamar dekat meja belajar, ya benar itu Ibu yang baru kembali dari kamar mandi. Mungkin sesudah menyimpan gayung yang diisi air untuk menyiramku barusan. Dapat kurasakan jika dia menatapku dengan tajam, duh aku punya firasat buruk mendapatkan ceramahnya hari ini. Jadi aku hanya menunjukkan wajah tersenyum yang lebih kepada ekspresi meringis sebenarnya.
"Hehe sore Bu, udah pulang ya?" aku memulai percakapan karena Ibu masihlah menatapku setajam pisau tanpa mengatakan sepatah kata pun.
"Bagus ya pulang kuliah ga ganti baju dulu, ga makan bahkan lupa salat dan malah tidur. Alsava ini sudah masuk waktu Magrib, Ibu udah bangunin kamu dari jam empat sore tapi kamu ga bangun-bangun juga!! sekarang ke kamar mandi ambil wudu terus salat!! ga keluar 5 menit lagi, hukumannya bersihin toilet setahun." Kata Ibu dengan nada kesal yang kentara.
Dan benar saja begitu beres salat Magrib dan mengaji, saat kami baru saja selesai makan bersama. Ibu kembali memulai omelan yang tak sempat dimulainya karena azan sudah berkumandang, dia bilang jika tadi begitu pulang bekerja sekitar jam empat sore. Ia tak melihatku di bawah karena bisanya jika aku pulang duluan pasti akan ada di ruang tengah atau dapur, namun tampaknya Ibu tak mendapatiku di sana.
Jadi dia mulai mencari ke kamarku dan benar saja ada gumpalan selimut berisi manusia. Karena mungkin melihat wajah lelahku, Ibu memutuskan untuk tak langsung membangunkan. Tapi begitu pukul setengah lima sore beliau masuk lagi ke kamar dan mencoba membuatku bangun yang sepertinya tak kunjung mendapat respon.
Mulai jengkel lah Ibu karena anak gadisnya ini tak kujung bangun juga mana dugaanya bahwa aku belum salat Asar ternyata benar, sebab aku mengirim pesan akan pulang sebelum Asar. Sepertinya aku yang sedang kelelahan memang sangat susah untuk dibangunkan karena biasanya jam alarm sudah cukup untuk membuatku terjaga, Ibu lantas beranjak ke dapur untuk membuat makan malam ah tidak lebih tepatnya menghangatkan makanan di kulkas yang sudah ia masak tadi pagi sebelum berangkat kerja, Ibu pikir aku mungkin akan bangun jika sudah kenyang tidur.