Rutinitasku selalu berjalan statis, tak ada yang berbeda atau istimewa. Hanya seputar rumah, kampus, sekretariat, perpustakaan dan terus berputar seperti itu. Nah begitulah waktu dua minggu berlalu begitu saja, minggu-minggu damai yang nyatanya hanya permulaan untuk sebuah badai masalalu.
Saat ini aku sedang ada di kamar, kuliahku baru selesai pukul lima sore, belum lagi tadi ada rapat BEM. Memang tak lama hanya menentukan tanggal pembagian pamflet yang waktu itu kami bahas, sekaligus rekan serta cakupan pembagiannya. Rencananya hari Kamis nanti dan aku kebagian mendampingi Arkana di area yang sungguh tak ingin kudatangi yaitu untuk para senior semester VII, tak ada alasan khusus sebenarnya tapikan tetap saja canggung. Mana aku juga tak bisa protes karena semua orang pasti akan menolak menggantikanku, terima sajalah lagian aku juga tak sendirian.
Ini sudah malam jika tak salah lihat, sekarang sudah pukul 21.35 tapi aku belum mengantuk jadi aku berencana menghabiskan waktu dengan membaca di balkon. Di sana diletakan kursi lantai dan meja kecil untuk aku yang kadang mengerjakan tugas, membaca novel atau sekadar menikmati suasana malam jika jenuh berada di kamar. Hari ini bukan bintang yang akan menemani malamku tapi bulan purnama yang terlihat malu-malu diantara kumpulan larik awan yang bergerak lambat disekitarnya. Belum lagi dikejauhan sana aku bisa melihat berjuta-juta lampu yang bersinar dalam gelapnya malam, bagai bintang yang bertaburan di bumi.
Sangat indah dan sukses membuatku selalu terpesona dengan cahaya mereka, aku menarik napas panjang, mengisi paru-paru dengan udara malam yang sejuk. Saat aku siap membuka novel yang sudah dibeli bulan lalu tapi tak sempat kubaca karena segala kesibukanku belakangan ini, tiba-tiba ponsel diatas meja berdering dengan suara tawa SpongeBob si kotak kuning yang tak bosan-bosannya kulihat. Aku memakai nada dering itu untuk telepon, jadi siapa kiranya yang meneleponku pada jam setengah sepuluh malam ini? Begitu kulihat namaWolkiaaaa terpampang di sana, oalah ternyata Azkia, ada apa dia menelepon. Baiklah novel yang tadi kugenggam digantikan dengan ponsel di atas meja.
"Assalamualaikum, ada apa Kia?" aku yang mulai bicara padanya.
"Waalaikumussalam, besok kamu ada jadwal kuliah?" tanyanya.
"Tak ada, aku besok kosong kalau lusa aku ada." Jawabku.
"Aku besok ada kuliah pagi sekitar jam tujuh mungkin bakal selesai jam sembilan atau sepuluh, kamu bisa temenin aku ke Pasar Beringharjo? aku mau beli beberapa baju sama cari makan siang sekalian, gimana? Dinda ga bisa ikut, dia ada kuliah siang, tadi aku udah ajakin." Dengan nada bertanya sekaligus membujuk dia mengajukannya.