Pagi ini langit terlihat cerah, aku sudah bagun dari subuh untuk salat dan beres-beres rumah. Jika sedang tak ada jadwal kuliah urusan rumah memang aku yang pegang, hari ini Ibu akan lembur awal jadi ia yang biasanya berangkat pukul enam pagi. Kali ini akan berangkat pukul lima karena motor kami masih ada di bengkel, rencananya hari ini aku yang akan bertugas untuk membawa kembali si hitam kesayangan yang sudah bermalam di bengkel selama dua hari.
Ibu akan naik kendaraan umum hanya untuk sehari lagi, sekarang aku yang baru saja selesai memasukan cucian ke mesin cuci mulai melangkah ke dapur untuk membuatkan sarapan sekaligus bekal untuk Ibu. Memang keahlian memasakku tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan dia tapi bukan berarti aku tak mempuni, menu sarapan kali ini tak banyak hanya nasi putih yang sudah Ibu siapkan sesaat sebelum salat Subuh tadi, aku juga memutuskan untuk membuat tempe mendoan karena saat membuka kulkas aku melihat masih ada sisa tempe seperempat lagi dan tumis sayur ala kadarnya.
Bekal Ibu kali ini adalah sosis gurita dan tumis sayur, sebelum memasukkan makanan ke dalam kotak bekal, aku menunggu mereka untuk mendingin dulu sebentar. Begitu urusan dapur beres, aku bergegas mematikan mesin cuci dan memindahkan pakaian yang sudah dicuci ke mesin pengering disebelahnya. Aku biasanya menjemur mereka di halaman belakang rumah kami yang luasnya sekitar 3x3 meterĀ². Disana ada tempat untuk menjemur dan beberapa tanaman yang sengaja Ibu tanam seperti cabai, daun bawang, seledri, jahe, laja serta kunyit.
Aku membawa pakaian-pakaian itu kesana, setelah itu kembali masuk ke dalam dan mendapati Ibu yang telah siap dengan setelan baju biasa -karena seragam aslinya berada di tempat kerja dan tak dibawa pulang- dengan menenteng tas kecil berwarna kelabu yang dibelinya beberapa bulan lalu. Ibu langsung duduk di kursi makan dan mulai makan, sedangkan aku mulai memasukkan bekal yang akan dibawanya ke dalam wadah untuk kemudian kusimpan di dalam tas yang akan ia bawa, botol air ukuran sedang sudah ada di dalam tas jadi aku tak perlu menyiapkannya lagi.
Aku tak ikut sarapan bersamanya karena ini masih sangat pagi untuk mengisi perut dengan makanan berat, aku hanya minum susu hangat dan makan beberapa biskuit sambil menemani Ibu makan. Kami tak saling berbicara karena bak aturan tak tertulis ketika sedang makan tak boleh ada yang berbicara, Ibu baru membuka obrolan saat ia selesai meminum air yang sudah kusiapkan sebelumnya.