"Baiklah berita selanjutnya, ini adalah berita terhangat yang sedang jadi tranding topik di media sosial. Tentang korban penganiayaan dan pencabulan yang mana adalah mahasiswi di salah satu kampus ternama daerah Surabaya, mirisnya hal itu dilakukan oleh orang acak yang tak pernah memiliki hubungan dengan korban....."
DEG!!
Perkataan lain dari si presenter tak dapatku dengar lagi, rasanya telingaku mendadak tak dapat mendengar apapun selain helaan napasku sendiri yang bahkan tersendat dan berat, kilas balik dari hal-hal yang paling ingin kulupakan seumur hidup mulai menghantui kepalaku. Tepat sebelum aku terhanyut di dalamnya tiba-tiba ponsel di atas meja berdering, tawa SpongeBob sukses membuatku kembali ke dunia nyata.
Itu Azkia, dia yang menelepon, dengan tangan gemetar aku menekan tombol power dan mematikan TV yang sedang menayangkan iklan salah satu produk minuman. Syukurlah bukan berita tadi dan terimakasih pada Azkia yang menelepon tepat waktu, aku tak langsung meraih ponsel melainkan mencoba mengatur napas dan mencengkram tanganku yang terus gemetar.
Telepon dari itu mati beberapa detik setelahnya, aku tak menghiraukannya karena masih mencoba untuk menenangkan diriku. Tak berselang lama ada pesan masuk dari Azkia, yang mana tertulis bahwa kelasnya sudah selesai dan akan segera ke rumahku setelah menyerahkan tugas dari Prof. Yanuar yang mengajar Hukum Acara Perdata. Aku hanya membalas singkat pesan itu dengan mengetikkan iya dan hati-hati dijalan, baiklah ayo mandi dan bersiap agar Azkia nanti tak menunggu lama.
Tidak lama waktu yang dibutuhkan untuk bersiap dan aku sudah rapi berkemeja abu, celana bahan putih dan hijab putih. Saat ini aku sedang duduk manis di ruang tengah, tinggal menunggu Azkia datang dan kita bisa segera pergi. Kondisiku sudah baik-baik saja meskipun saat di kamar tadi aku berulang kali melihat cermin untuk memastikan bahwa tak ada ekspresi mencurigakan di wajahku, sebab Azkia sangat peka dengan perubahan disekelilingnya. Sambil menunggu, aku memutuskan untuk makan beberapa keripik yang memang disediakan Ibu di atas meja kecil ruang tengah.
Karena Ibu tahu sekali jika anak gadisnya ini suka camilan, sambil main game yang baru saja kuunduh kemarin malam. Tidak ini bukan game perang atau apalah itu, hanya game biasa tentang seekor buaya yang menginginkan air dan kita dituntut untuk bisa memberikannya air. Karena keasyikan main game, aku sampai tak mendengar panggilan Azkia dari arah pintu. Mungkin karena kesal sebab tak kunjung melihatku keluar akhirnya dia menekan klakson motor dua kali.
TIN! TIN!
Aku yang baru setengah jalan memainkan level 20 terlonjak kaget mendengarnya, segera saja aku mengantongi ponsel dan meraih tas selempang yang memang sudah kusimpan disamping kursi.
"Iya iya sabar, AKU KELUAR SEKARANG. Eh TUNGGU! AKU AMBIL KUNCI RUMAH DULU." Aku mengatakannya dengan nada yang cukup tinggi karena takut tak terdengar Azkia dan berakhir malah menekan klakson yang mana bisa saja menganggu tetangga lain.
Bergegaslah aku ke tempat penyimpanan kunci di atas kulkas, aku tadi lupa malah membawa kunci depan kesana, biasanya jika habis dari luar kunci rumah dibiarkan menggantung dipintu bagian dalam. Dengan berlari kecil aku langsung melesat ke pintu depan dan benar saja Azkia ada di sana duduk di atas si merah tersayang. Setelah memastikan pintu terkunci dengan benar aku lantas menghampiri dia yang tanpa banyak tanya langsung menyerahkan helm hitam.