Hari ini langit terlihat mendung, makin malas saja aku ke kampus. Sekarang hari Sabtu, ya sudah lewat seminggu sejak liburan di Pantai waktu itu, berita bagusnya Azkia tak merecokiku pertanyaan terkait apa yang aku serta Kak An bicarakan. Dia lebih tertarik dengan foto-foto yang kuambil saat di sana, syukurlah. Lagi pula aku ingin menyimpannya sendiri untuk saat ini, prihal aku.
Aku sedang mencoba untuk berdamai dan memperbaiki diri. Aku memulainya dari hal sederhana, seperti lebih terbuka pada apa yang kusukai dan tidak, membicarakan ke khawatiran serta bahagiaku dengan Ibu serta Kak An, berusaha untuk menyerukan pendapatku tentang sesuatu, hal lainnya aku mulai merangkai alur untuk masa depan.
Sesuatu yang sebelumnya tak pernah terpikirkan mulai coba kulakukan dengan perlahan, Kak An tampak bahagia dengan perubahan positifku ini. Dia bahkan mengapresiasinya dengan bilang Alsava kami telah berusaha, kerja bagus gadis kecil. Aku tahu, bagi mereka di luar sana kata tersebut tak berarti apapun. Tapi bagiku, kalimat tersebut seperti percikan api yang menyulut sumbuku yang telah lama padam. Sederhana tapi sarat akan ketulusan.
Selama seminggu ini aku juga disibukkan dengan persiapan Makrab yang rencananya akan digelar Jumat depan, proposal yang kubuat ternyata disetujui lebih cepat dari prediksi kami. Bukannya apa, hanya saja anggota BEM FH sudah punya rencana cadangan jikalau permintaan resmi itu ditolak. Tapi nyatanya doa para mahasiswa semester I itu mujur, jadi kemungkinan terburuknya tak terjadi.
Baguslah dengan ini kami sebagai panitia sekaligus penyelenggara tak akan kerepotan, untuk tempat dan hal lainnya itu sudah diserahkan pada Niam dan Ferdi. Lagian aku mana tahu tentang hal semacam itu, baiklah ini memang bukan yang pertama tapi aku tak pernah terbiasa dengan acara seperti ini. Aku juga tak bisa absen karena jelas saja aku harus hadir sebagai panitia, kegiatan seperti ini selalu menguras energiku sampai ke titik terendah. Aku malas, bahkan belum dimulai saja sudah terasa lelahnya.
Saat masih bergelut dengan pemikiran tersebut, ponselku di atas nakas berdering. Ribut sekali, tapi ini bukan dering untuk telepon, jadi siapa yang memberiku spam ini. Oh itu Nina, ya kami memang punya kelas yang sama hari ini. Begitu melihat isi pesannya, mataku langsung terbelalak sebelum beranjak membuka balkon kamar untuk melihat ke teras. Lah iya kemarinkan setelah rapat yang kesekian kalinya itu, Nina menawariku untuk berangkat bersama hari ini. Mana aku baru bangun lagi.
"Na masuk saja dulu, pintunya tidak dikunci. Aku mau siap-siap sebentar, maaf ya aku lupa kalau kita akan pergi bersama." Kataku mempersilahkannya masuk.
"Tenang aja kali, lagian masih ada sejam lagi sebelum kelasnya mulai. Aku bosen di rumah sendiri jadinya ke sini, aku masuk ya Al." Jawab Nina sambil melangkah ke arah pintu depan setelah menutup gerbang.
"Masuk aja Na, anggap rumah sendiri. Kalo mau makan cari di dapur." Kataku sesaat sebelum dia masuk ke rumah.
Tanpa menunggu jawaban Nina, aku segera melesat ke kamar mandi. Tak perlu menemuinya dulu, biarlah lagian ini bukan pertama kalinya Nina ke rumahku. Jadi ia pasti hapal dimana letak dapur dan tempat minum, sudah besar jangan manja!
Setelah selesai berpakaian dan membawa barang yang dibutuhkan untuk kelas hari ini, aku beranjak ke bawah untuk menemui Nina. Dan lihatlah di sana temanku tengah asik menonton TV ditemani kripik balado, saat melihatku ia bilang Al, keripiknya enak, kumakan ya. Aku hanya memberi anggukan dan menanyakan apa Nina sudah sarapan, saat dia bilang sudah, aku beranjak ke dapur untuk makan.