Tidak, aku tak lantas tidur. Mataku masih sangat segar, aku sekarang hanya menatap langit-langit tanpa melakukan apapun. Hingga kejadian kemarin malam secara acak terlintas di kepalaku, jadi mau tak mau aku kembali mengingatnya.
Malam saat acara makrab
Aku tak bisa tidur, sungguh tubuhku sudah sangat kelelahan sekarang tapi otakku tak mau bekerja sama untuk membuat mata ini terpejam. Sudah kulakukan berbagai hal mulai dari mengatur napas, membaca surat pendek yang kuhapal, mengatur posisi yang nyaman, sampai mengitung domba dalam kepala, juga tak kunjung membuahkan hasil. Aku hanya sibuk guling sana sini tak menentu, sedangkan roommateku yang lain sudah asik mengarungi mimpi -mereka Zahra, Nina dan Niam. Kami setenda berempat-.
Tangan kananku lantas meraih ponsel dan melihat jika layarnya menunjukan pukul 23.15 , hei sebentar lagi dini hari. Lalu karena suntuk dan kesal akhirnya aku memutuskan untuk keluar tenda, mungkin menghirup udara malam yang sejuk, melihat gemintang atau rembulan bisa membuat kantukku datang. Apa di sini juga ada kunang-kunang, haruskah aku berburu makhluk kecil bercahaya itu saja ya? Hm menarik, eh kok jadi mikir ke sana. Dasar, sepertinya otakku sudah agak eror, mau berburu tapi ini kan lingkungan baru, tersesat nanti malah merepotkan.
SREKK, bunyi risleting tenda yang kubuka memenuhi indra pendengaran ditengah heningnya malam. Aku kemudian mulai beranjak untuk duduk di depan api unggun, anak-anak yang ditunjuk untuk menjaga sepertinya sedang patroli. Baiklah tak apa, ini lebih baik, aku perlahan mendongkak dan benar sajakan langit malamnya terlihat cerah hari ini. Para bintang bertaburan dengan sangat indah, belum lagi bulan purnama yang bulat sempurna menambah daya tarik tersendiri.
Sangat indah, pemandangan ini mengingatkanku dengan langit Pantai Wediombo waktu itu. Saat sedang asik melamun sambil mencoba menghubungkan bintang untuk membuat garis rasinya, pundakku ditepuk pelan. Jangan tanya bagaimana kondisi jantungku saat ini, jelas saja ia anomali, siapa sih yang kurang kerjaan menepuk orang tanpa memanggil.
"Kamu belum tidur Alsa?" Tanya orang itu, yang saat ini berdiri menjulang disampingku.
"Aish kau mengagetkanku Arkana! Main tepuk saja, tak lihat jika aku sedang sibuk. Pertanyaan retorikmu tak perlu kujawabkan, kau kebagian patroli sekarang?" Tanyaku sambil mendongkak untuk melihat ke arahnya.
"Hehe iya tak perlu, giliranku baru selesai 10 menit lalu. Jika tak bisa tidur apa kamu mau jalan-jalan sebentar? Tadi saat berkeliling aku lihat ada sungai kecil dengan air jernih dan pemandangan yang bagus." Arkana menjawab sambil mengajukan tanya padaku.
"Sungai? Boleh, ayo! mungkin setelah melihat arus tenangnya aku jadi mengantuk. Tunggu dulu, kau tak berencana meninggalkanku di sana nanti dengan alasan kantukmu tiba-tiba datang, kan? Jika iya, maka tidak terima kasih." Jawabku yang batal beranjak setelah mengatakannya.
"Hei aku tak sejahil mereka, lagian bisa dilabrak Azkia dan Dinda nanti kalau benar kulakukan. Ayo cepat Alsa, kantukku juga belum datang." Ia tampak mengelak dan tak terima saat aku mengajukan pertanyaan asal tadi.
Maka dengan itu aku mulai bangun dan berjalan bersamanya ke arah sungai yang di maksudkan, malam ini udaranya sejuk menyerempet dingin tapi tak masalah, lagian jaket tebalku sudah bisa menghalau dinginya. Kami berjalan agak jauh dari tempat perkemahan, aku mulai takut jika nantinya kami tersesat.