Takdir adalah ketetapan Tuhan, senang atau tidak harus dijalani. Takdir ini sudah terjadi sejak bertahun lalu. Saat itu Aku yang masih remaja masih berada di titik, “Ini keputusan yang benar atau tidak ya? Apa Aku harus benar-benar menjalninya? Apa Aku kuat? Apa Aku mampu? Apa Aku sanggup?” sama sekali tidak seperti apa yang Aku rencanakan. Semua hal-hal yang ada di buku catatan harus segera diubah dan revisi total. Namun, Aku balajar untuk menerima takdir itu.
Usiaku tujuh belas tahun, lulus sekolah dengan tumpukan mimpi dan harapan yang Aku simpan dalam tas. Memulainya dari yang paling memungkinkan untuk dilakukan. Mengikuti ujian SNMPTN, SBMPTN sampai Ujian Mandiri untuk masuk ke universitas yang Aku mau. Satu ujian lain yang Aku ikuti adalah Seleksi Timur-Tengah yang diadakan oleh KEMENAG (Kementrian Agama). Harapan saat itu adalah berhasil masuk ke univesitas yang Aku iginkan, namun takdir berkata lain Aku gagal Aku mengacaukannya. Awalnya Aku mengira semuanya terjadi, karena Aku yang tetap keras kepala memilih fakultas lintas jurusan yang mana untuk mengikuti ujianya Aku harus belajar dari awal dalam waktu singkat, tapi pada akhirnya sadar juga bahwa semua ini memang sudah diatur dalam sekenario-Nya.
Detik-detik pengumuman Ujian Seleksi Timur-Tengah muncul jantungku berdegup kencang membacanya. Aku tidak terlalu menginginkannya, tapi itu adalah harapan terakhirku. Aku membaca nama-nama yang lulus ujian dengan seksama mencari namAku di dalamnya. Berharap ada di sana dan Aku berhasil. Sholawat terucap keras dalam hati sampai Aku menemukannya. NamAku ada dalam daftar. Inikah takdir?
Semua peristiwa tidak terjadi secara kebeulan dan semua bisa saja terjadi pada detik-detik terakhir. Maka dari itu jangan pernah berhenti berharap, berdo’a dan berusaha apalagi berputus asa. Buah kesabaran itu indah bila kita meyakininya. Hal-hal baik pasti akan selalu mengiringi hal-hal buruk. Meskipun semua tidak selalu berjalan seperti apa yang kita inginkan, namu percaya saja apa pun yang terjadi pasti akan sesuai dengan kebutuhan kita dengan catatan setelah berusaha dan berdo’a. Berprasangka baiklah pada takdir-Nya, karena Dia pasti memberikan yang terbaik bagi hamba-Nya.
Walaupun itu merubah seluruh rencanAku Aku tetap sangat bersyukur, sebab tidak semua orang dapat memiliki kesempatan sepertiku. Aku mulai mencari tahu hal selanjutnya yang harus dilAkukan setelah dinyatakan lulus. Awam benar keadaanku kala itu. Ibu yang selalu mengarahkanku dan membantuku mencari informasi dengan penuh semangat. Ibu memintaku untuk bertanya lebih detail kepada usatdzahku yang merupakan alumni Al-Azhar Kairo Mesir. Beliaulah yang menceritakan beberapa pengalaman menariknya selama di Mesir ketika menjadi wali kelasku dan akhirnya menciptakan ketertarikan dalam diriku untuk mencoba mengikuti ujian tersebut.
Penjelasan singkat yang mudah dipahami. Beliau dengan baik hati menitipkanku kepada temannnya selAku anggota mediator yang membantu seluruh Calon Mahasiswa Baru mengurus pemberkasan yang dibutuhkan sebelum berangat ke Mesir. Beliau juga yang menitipkanku kepada salah satu adik tingkatnya yang masih berada di Mesir. Aku tinggal serumah dengannya di tahun pertama, meskipun sekarang sudah tidak lagi sekarang kami tetap masih berhubungan baik. Beberapa kali bertemu dan masih sangat akrab.
Seakan-akan Aku memang ditakdirkan untuk pergi merantau dan bertemu dengan orang-orang baik seperti mereka. Jalannya benar-benar sangat mudah sekali. Segalanya terbuka sangat lebar dan tanpa halangan apa pun. Mungkin ada beberapa kendala, tapi cepat terselesaikan. Beberapa kenalan ada yang tidak menyangka. Sebenarnya bukan mereka saja Aku pun juga sama sekali tidak menyangka semuanya seperti mimpi indah bunga tidur.
Membuat paspor, melengkapi pemberkasan, menyiapkan kebutuhan semuanya sudah selesai dilAkukan. selanjutnya menunggu pengumuman pemberangkatan. Asal kalian tahu saja, jarak dari ujian ke pengumuman kelulsan cukup memakan banyak waktu. Menunggu pengumuman itu tentu saja menimbulkan rasa gelisah dan khawatir sampai membuatku tidak mau melakukan atau mengisi waktu itu dengan kesibukan lainnya hanya menunggu saja. Bukan untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan yang datang, tapi justru untuk menyiapkan hati jika saja Aku tidak lulus ujian.