Segaris Cita

An-nisa Putri Errohman
Chapter #2

HIKMAH #2

Satu ingatan saat kami masih berada di bandara Soekarno-Hatta, Indonesia. Saat hampir tengah malam kami sudah harus check-in dan menimbang bagasi. Aku sedih tapi tidak bisa menangis, karena saat itu dipikiranku adalah Aku akan bertemu lagi dengan orangtua dan saudara lainnya nanti jadi jangan menangis. Begitulah yang ada di pikiranku. Setelah menimbang bagasi kami jalan menuju boarding pass bersamaan. Hampir dekat dengan tempat lepas landas pesawat salah satu teman yang bersama dengan kami ingin sekali buang air kecil ke kamar mandi.

Sempit sekali pikiran kami waktu itu. Daripada nanti kebelet di pesawat kami memutuskan untuk ke kamar mandi di bandara saja. Tanpa menyadari waktu pesawat yang hampir landas kami pergi ke kamar mandi. Bukan hanya satu saja yang ada hajat, tapi merembet ke semuanya. Kami saling menunggu. Agak lama datanglah satu petugas yang mengecek memastikan tidak ada yang tertinggal untuk pemberangkatan camaba Mesir.

“Ini mau pergi ke Mesir?”, tanyanya pada kami. “Iya”, jawab kami. Lalu petugas itu bilang, “Ayok-ayok cepet pesawatnya sudah mau berangkat nanti kalian gak jadi ke Mesir loh”. Kami berlari tergesa-gesa menuju pesawat. Bisa-bisanya kami santai begitu haha drama sekali. Mungkin karena kami kurang berpengalaman dengan bandara dan pesawat jadilah seperti itu. Detik-detik yang membuat kami tertawa jika mengingat dan bercerita kembali tentang masa itu.

Ada satu hal lagi yang mau Aku bagi. Saat masuk pesawat pasti memeriksa nomor bangku yang ada di tiket kami. Kebetulan nomorku sama dengan salah satu teman yang sejak tadi bersama, namun berbeda di bagian huruf. Aku melihat ke tempatku yang bangku di sampingnya telah ditempati oleh satu orang laki-laki. What? Aku yang menolak dalam hati dengan reflek memberitahu temanku bahwa tempatnya adalah tempatku. Dengan naifnya dia percaya perkataanku.

Sederhana sekali alasanku enggan duduk di tempatku, karena sebelahnya adalah laki-laki yang tidak Aku kenal, lalu Aku duduk dengan seorang perempuan camaba juga. Hal ini baru Aku ceritakan kepada temanku akhir-akhir ini. Dia tidak percaya dan menyesalinya. Mau bagaimana lagi? Sudah tiga tahun berlalu. Mau marah pun sudah tidak ada gunanya lagi.

Maapkeun ya, tapi karena perbuatanku ia jadi punya sebuah cerita tersendiri tentang pengalaman pertamanya di pesawat. Orang di sebelahku Aku sudah berkenalan dengannya. Kami saling kenal hingga saat ini, namun tidak terlalu akrab karena satu dan lain hal. Kami transit di bandara Abu Dhabi. Perjalanan kami tempuh sekitar 2-3 jam di udara.

Waktu transit yang cukup lama. Aku tidak ingat berapa lama, tapi itu cukup untuk kami membersihkan diri di kamar mandi, makan dan sholat. Di sana kami tidak menemukan mushola. Tidak tidak lebih tepatnya kami tidak mencari, sebab takut tertinggal lagi seperti saat di bandara Soekarno-Hatta, Indonesia. Kami sholat di bangku tempat boarding pass dan mengabari orangtua dengan WiFi bandara di sana. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan menuju bandara Internasional Kairo dengan waktu yang sama di udara.

Lihat selengkapnya