Segaris Cita

An-nisa Putri Errohman
Chapter #3

PAMERAN BUKU TERBESAR DI DUNIA #3

Hari pertama masuk kelas semuanya masih sibuk sendiri-sendiri dengan handphone-nya atau teman yang sudah kenal dari Indonesia dan kebetulan ada di kelas yang sama. Sedangkan Aku? Teman yang Aku kenal berada di kelas yang berbeda kami semua berpencar. Mau bagaimana? Tapi Aku juga gemas, karena kami yang tidak saling menyapa satu sama lain. Akhirnya Aku berinisiatif untuk memperkenalkan diri ke semua teman kelas satu per satu. Apa tidak malu? Ya pasti malu, tapi tetap Aku lakukan.

“Ana Icha,” kataku sambil mengulurkan tanganku ke semua teman satu per satu. Kami berjabat tangan satu sama lain dan saling mengenal. Kendati setelahnya tidak ingat namanya lagi setidaknya itu suatu permulaan yang baik. Hari demi hari kami menjadi lebih akrab satu sama lain. Kompak layaknya teman sekolah pada umumnya. Tidak sedikit juga tugas dari Ustadz ataupun Ustadzah kami kerjakan bersama. Saling membantu, saling menolong sesama teman sekelas.

Hidup di perantauan yang jauh dari orang tua menjadikan kami lebih mandiri dan berani menghadapi hidup yang berwarna dengan segala kejutan-Nya. Beberapa minggu kemudian banyak teman-teman yang mulai menunjukkan kekreatifannya dalam hal pemasaran. Satu dua orang mulai berkeliling ke setiap kelas dengan membawa barang dagangan masing-masing saat jam istirahat, lalu diikuti yang lainnya. Ada yang menjual pisang coklat, risol dan berbagai macam goreng-gorengan lainnya. Bagi yang rindu masakan Indonesia mereka membawa obatnya. Modal yang tidak seberapa asalkan rasanya pas di lidah bisa menghasilkan keuntungan yang lebih.

Begitulah cara sebagian Mahasiswa Indonesia-Mesir bertahan hidup. Walaupun bukan karena terpaksa mereka melakukannya untuk memenuhi kebutuhan sekunder yang mereka inginkan tanpa meminta kepada orang tua dan ada juga yang melakukannya hanya untuk sebagai pengalaman saja. Sebanyak-banyaknya kami mencari pengalaman di negeri orang. Mulai dari mendegar cerita dari mulut ke mulut sampai dengan mencoba mempraktikannya sendiri. Aku? Aku belum tertarik dengan hal seperti itu.

Aku saat itu lebih tertarik dengan organisasi-organisasi dan kepanitiaan Mahasiswa yang ada. Jabatan yang Aku terima pertama kali adalah sebagai divisi acara di mediator kami untuk acara perlombaan olahraga. Bersama teman-teman hebat lainnya kami menjalani amanah pertama kami di sini. Mulai dari membuat serangkaian agenda acara sampai detailnya, daftar perlengkapan yang dibutuhkan sampai menyewa tempat yang akan menjadi latar acara. Benar-benar pengalaman pertama menjadi panitia acara tahunan yang lumayan besar.

Mengapa? Karena peserta yang ikut berpartisipasi dalam acara ini bukan hanya dari angkatan sendiri saja, tapi juga dari seluruh angkatan sebelum kami yang juga merupakan anggota mediator kami. Sebab itu pun Aku sudah harus mulai berani kemana-mana sendiri dengan bahasa yang tidak banyak Aku pahami saat itu. Kaka senior yang tinggal serumah pun tidak segan melepas dengan tujuan agar adik-adiknya bisa cepat beradaptasi di sini. Bekalku adalah nomor senior yang tinggal serumah denganku. Sebelum berangkat ia menanyakan tujuanku dan menunjukkan kendaraan apa aja yang mengantarku sampai ke tujuan.

Lihat selengkapnya