SEGEL IBLIS

Miss Green Tea
Chapter #11

10. Iblis

Sesampai di Indonesia, aku mulai memikirkan cara untuk melenyapkan Iblis itu. Pagi ini, aku menghubungi seorang wartawan akan data rahasia yang sudah lama ia kumpulkan. Kami berjanji di tepi jalan. Aku turun dari mobilku, dan berjalan kearah tepi trotoar.

“Surti.” Sapa seorang wanita tua padaku.

“Ya.”

“Ini, mana uangku.” Dia memberikan sebuah map coklat padaku. Aku memeriksa isinya, lalu mengeluarkan seikat uang limapuluhribuan.

“Oke, terima kasih.” Dia pergi meninggalkanku. Aku melihat jika kasus orang hilang dan kasus bunuh diri meroket tajam selama 15 tahun terakhir. Kasus ini sama seperti kasus puluhan tahun, bahkan ratusan tahun lalu. Apa ini yang di maksud oleh Kuntilanak Jasmine? Betapa terkejutnya aku melihat jumlah korban yang telah aku jumlahkan. Jumlahnya adalah sekitar 100.000 jiwa dari tahun 2000. Aku yakin ini adalah ulah dari Iblis itu. Apa dunia akan berakhir dengan skenarionya? Dia membunuh sebanyak itu dalam kurun waktu 18 tahun terakhir, mungkin lebih dari itu. Apa tujuannya? Tunggu, apa dia pemimpin dari para jin kafir di muka bumi ini? Ponselku berbunyi, panggilan dari Mama Paris. Aku menerima panggilan tersebut.

    “Assalamualaikum Tante.”

    “Waalaikumsalam, ini Surti-kan?”

    “Iya Tante. Ada apa ya Tante, tumben nelpon aku.”

“Seperti ini Surti, Tante punya penawaran untuk kamu. Kamu mau ngak, jadi model untuk produk Tante?”

“Aduh gimana nih Tante, aku lagi banyak kerjaan nih. Maaf sekali Tante, bukannya aku nolak. Paris kayaknya lagi kosong deh Tante, gimana kalau Paris saja.”

“Looh, kok kamu jawabnya gitu? Tante lebih kepingin kamu loh Surti. Apalagi, mengingat Paris selalu dingin sama Tante.”

“Aduh Tante, sebenarnya itu masalahnya. Paris ngak mau kalau aku terlibat sama Tante. Dan juga, aku sudah berjanji padanya. Tante cari model lain saja ya, atau mungkin mau aku carikan teman aku yang lain?”

“Surti, Tante mohon, kali ini saja. Tolong produk Tante ini. Tante maunya kamu, kamu mau yaa.” Aku mulai berpikir, Mama Paris terlalu ngotot untuk menyuruhku menjadi modelnya.

“Memangnya, produknya apa Tante?”

“Produk minuman berupa jus. Kamu mau yaa, kerjanya juga di rumah Tante kok. Ngak ribet-ribet. Kalau kamu lelah, kamu juga bisa nginap, kamar di rumah Tante-kan banyak.” Wihii, Aku mulai berpikir dan tersenyum puas. Hohoho, nginap jika lelah. Aku ingat, jika iblis itu ada bersama Mama Paris. Bukankah ini jalan untuk menemui iblis itu secara langsung. Ini seperti kode keras dari iblis itu padaku, dengan perantara Mama Paris.

“Hmm, baiklah Tante. Aku akan bantu yang satu ini. Tapi, ini yang pertama dan terakhir ya Tante. Dan tolong Tante rahasiakan dari Paris, aku tidak mau hubungan pertemanan kami rusak hanya karena produk jus Tante.”

“Iyaa sayang. Makasih ya sebelumnya. Kalau besok bagaimana?”

“Boleh Tante, besok pagi aku akan ke rumah Tante.”

“Oke, Tante tunggu ya sayang. Asalamualaikum.”

“Waalaikumsalam.” Aku mengenggam ponselku dengan sangat erat. Aku akan menemuimu wahai iblis biadap.

Keesokan harinya, aku langsung menuju rumah Mama Paris. Ketika aku baru sampai di depan rumahnya, aku melihat begitu banyak hantu di halaman depan. Mereka seperti membentuk partai besar, karena sangkin banyaknya. Wujud mereka berbeda-beda. Ada yang tubuhnya bolong, kepala hancur, kaki puntung. Dan ada yang memiliki wujud dengan hanya badan yang melayang-layang tanpa kepala, tangan ataupun kaki. Diantara mereka ada yang menyadari kedatanganku.

“Eh Jeng, tu lihat. Dia akan menjadi yang selanjutnya.” Sorak salah satu hantu dengan memperhatikan langkahku. Mereka mungkin tidak menyadari jika aku bisa melihat mereka dengan sangat jelas.

“Iya Jeng, palingan pas keluar dari rumah ini, wujudnya udah sama kayak kita.” Sahut salah satu hantu lagi sembari memperhatikanku. Namun, aku tidak memperdulikannya dan mempercepat langkah kakiku kearah pintu, lalu menekan bel.

“Ting tong.” Mama Paris membuka pintu, sepertinya ia sudah sangat menunggu kedatanganku.

“Surti sayangku, ayo masuk.” Ajaknya padaku untuk masuk ke dalam rumahnya.

“Klik.” Mama Paris menutup pintu rumahnya dengan cepat. Aku menatap ke sekeliling rumah, tidak tanda- tanda pemotretan iklan di sini.

“Yang lain mana Tante? Tapi, janjinya pagi.”

Lihat selengkapnya