“Tidak Surtii!!!” Teriakan Paris membuat langkahku semakin pasti. Kakiku mulai basah terkena ombak laut. Seketika, aku melihat sebuah jalan bercahaya di tengah laut.
“Waah, baru kali ini aku berjalan di tempat seindah ini.” Gumanku dengan melihat sekelling jalan. Ini seperti jalan penghubung antara dunia manusia dengan dunia jin. Jalan ini memiliki lampu berwarna biru terang dengan berbagai bunga di tepinya. Mengingat waktu, aku langsung berlari dengan kencang. Aku bertemu dengan seorang nenek yang secara langsung menyapaku.
“Hai, kau mau kemana nak?” Tanyanya dengan ramah.
“Aku harus menemui penguasa pulau ini nek. Apa Nenek tau dimana dia berada?” Tanyaku dengan nafas yang masih ngos-ngosan.
“Aaah, ada keperluan apa itu nak?” Tanyanya lagi.
“Aku membutuhkan cahaya biru milik penguasa pulau ini Nek. Aku sangat membutuhkannya untuk menyegel Iblis yang sudah mengacaukan dunia ini.” Jawabku dengan penuh semangat.
“Waktumu sudah habis, apa kau tidak tau?” Tanya Nenek itu dengan tersenyum licik.
“Apa? itu tidak mungkin. Apa Nenek punya jam?” Tanyaku membuatnya sedikit linglung.
“Aaaah lama, aku harus pergi.” Aku meninggalkannya. Ketika aku hendak berlari, aku merasa jika nenek itu ingin menyerangku. Dengan sigap, aku langsung jongkok. Benar, dia menyerangku dengan sorotan cahaya biru yang keluar diri celah tangannya.
“Apa maksud Nenek? Apa nenek ingin membunuhku?” Tanyaku dengan wajah tidak percaya.
“Itu semua tergantung padamu.” Jawabnya dengan menyerangku dengan serangan cahaya biru secara bertubi-tubi.
“Shuat!”
“Akh!” Aku berusaha menghindar, tapi naas, kakiku mengenai cahaya itu, seketika kakiku lumpuh tak berdaya.
“Apa kau benar-benar ingin membunuhku? Kalau begitu bunuh saja supaya kau bisa bertambah kuat!” Teriakku dengan lantang menggema di sekeliling pulau. Nenek itu mulai memutar cahayanya hingga membuat sebuah bola. Aku hanya pasrah dengan menutup wajahku dengan kedua tangan.
“Duaarrrkkkk.” Bola cahaya itu memantul dari tanganku, dan mengenai nenek itu.
“Ini tidak mungkin.” Aku melihat gelang berwarna biru di pergelangan tanganku. Gelang apa ini? Aku kembali mengingat gelang permata berwarna biru ini. Ya, aku ingat sewaktu aku berumur 10 tahun, tepatnya 15 tahun yang lalu, aku menemukan gelang ini di tepi pantai ketika hendak liburan bersama Kak Sinta. Tanpa pikir panjang, aku langsung mencobanya. Tapi gelang ini tiba-tiba hilang seperti tertelan masuk ke dalam tubuhku. dan sekarang gelang ini muncul seperti melindungiku dari nenek ini. Aku berusaha bangun, tapi kakiku tak dapat Aku gerakkan. Secercah cahaya muncul dari salah satu mutiara gelang tersebut, lalu terbang dan hinggap di kakiku. Kakiku kembali sembuh.
“Aaah, ini tidak mungkin. Ahahahaha.” Tawaku sembari berdiri dan meloncat-loncat kegirangan.
“Kau, bagaimana bisa kau memiliki gelang keramat kami?” Teriak Nenek itu dengan sangat emosi.
“Kau tidak perlu tau. Week.” Aku mencibir nenek tua ini.
“Kau, apakah mungkin kau manusia yang telah aku pilih 15 tahun yang lalu? Si gadis baik hati.”Nenek ini berjalan pelan kearahku. Aku tidak mau lagi tertipu dengan kelicikannya, bisa saja dia membunuhku.
“Apa maksudmu? Kau pikir aku akan masuk ke dalam tipu dayamu. Cih.”
“Maafkan aku, aku tidak tau jika kau adalah gadis itu. Kau adalah cucuku. Akulah yang memberikan gelang itu padamu. Maafkan Nenek cu.” Aku tetap tidak percaya dengan apa yang dia katakan.
“Aku bukan cucumu. Nenek macam apa yang ingin membunuh cucunya.”
“Kau sangat mirip dengan Sinta si iblis itu. Aku mengira jika kau adalah dia. Kemarilah, aku akan membawamu ke istanaku.” Nenek ini memegang tanganku dengan lembut lalu masuk kedalam sebuah lorong.
“Astaga, ini tampak seperti arus laut.”