“Kau masih memikirkan nasib kita. Pikirkan nasib Surti! Sadarlah, Surti itu adikmu!” Teriak Paris dengan mendorong Kak Sinta.
“Hey, di sini!!! Aku di sini.” Teriakku sembari berdiri.
“Surti, Surtiiiiii!!!” Teriak Paris dengan berlari kencang kearahku, dan langsung memelukku dengan sangat erat.
“Aish, tangisanmu begitu menganggu.” Aku mengusap punggungnya.
“Bagaimana tidak? Jika kau tidak kembali, aku akan menyusulmu ke tengah laut sana. Aku benar-benar mencemasakanmu. Dan syukurlah kau selamat. Apa ada yang terluka? Coba aku lihat.” Paris memeriksa sekujur tubuhku.
“Surti, maafkan aku. Aku sunguh minta maaf padamu.” Kak Sinta memelukku.
“Aku baik-baik saja, ini buktinya. Sudah, misi kita kali ini selesai. Hentikan tangisan kalian, itu membuatku malu.” Aku tersenyum lalu kembali memeluk Paris dan Kak Sinta.
“Oh iya, aku juga sudah membawa cinta pertamamu. Ini dia,” Aku terdiam ketika melirik ke belakangku.
“Kemana dia?” Aku mendengar suara ketakutan dari balik batu.
“Hai, apa yang sedang kau lakukan di sana?’ Tanyaku sembari menarik tangannya.
“Tidak, aku tidak mau. Kau pasti seorang pemunuh. Kau pembunuh, kau adalah sekutu dari iblis itu. Kau sudah menghabisi keluargaku. Dulu kau juga membuangku ke dalam lautan sana. sekarang apa maumu? Apa kau ingin jantungku?” Tanyanya dengan sangat histeris membuatku melepaskan tanganku dari tangannya, dan mulai tersenyum kecut.
“Maafkan aku, itu aku, bukan Surti. Mawar, Surti sudah menyelamatkanmu. Sekarang kau sudah kembali dengan selamat.” Kak Sinta menyapanya dengan sangat ramah.
“Hentikan, hati iblismu itu tidak akan bisa meluluhkanku. Kalian semua sama saja. Kalian pasti menginginkan kematianku bukan?” Tanyanya dengan berteriak keras seperti orang gila.
“Astaga, beberapa menit yang lalu aku sangat terpesona dengan keanggunanmu. Tapi sekarang, aku sangat jijik setelah melihat sikap aslimu.” Aku meliriknya dengan tatapan kesal.
“Kalian, aku akan menghukum kalian di neraka. Mati! Mati!” Teriaknya lalu melempar kami dengan batu kerikil pantai.
“Mawar tenanglah, kau harus sadar. Kau sudah di selamatkan oleh Sinta. Jika Sinta tidak membuangmu ke lautan sana, pasti kau sudah menjadi korban iblis itu. Sadarlah, kau juga berhutang budi pada Surti yang mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkanmu.”Albert memeluk Mawar dengan sangat erat. Mawar tampak menangis histeris.
“Aku takut, aku benar-benar takuuuuut.” Dia menangis lebih histeris.
“Sekarang, aku ada di sini bersamamu. Jadi, tak ada yang perlu kau takutkan. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu.” Albert membuat Mawar tampak lebih tenang.
“Apa mungkin?” Tanya Mawar dengan melepaskan pelukan Albert secara perlahan. Ini seperti film india yang aku tonton bersama Umak beberapa tahun yang lalu.
“Ya, aku Albert.” Jawab Albert dengan tersenyum manis.
“Albert, Albert, kau masih hidup. Syukurlaaaah.”Mawar kembali memeluk Albert. Tak lama kemudian, Mawar tampak pingsan karena kelelahan.
“Mawar, Mawar.” Albert menepuk pipinya.
“Ayo kita bawa dia ke hotel.” Kak Sinta menarik tanganku dan tangan Paris.
**
Paginya, aku keluar dari kamarku dan masuk ke kamar Albert. Kata Kak Sinta, ada rapat penting untuk misi selanjutnya.
“Huaaaah.” Aku menguap begitu lebar, tanpa aku sadari Kuntilanak sudah berdiri di hadapanku dan menatapku dengan tatapan penuh.