SEGEL IBLIS

Miss Green Tea
Chapter #22

21. Ratu Awan Hitam

“Khurarakakak.” Suaranya membuatku langsung mengambil batu tersebut. Ketika aku meraihnya, batu tersebut langsung terhisap ke dalam tubuhku.

“Akhh.” Aku sulit bergerak, dan berupaya menahan dadaku, lalu berusaha mengontrol energi besar yang bercampur di dalam tubuhku. Akibatnya, aku tertangkap.

“Siapa? Siapa?” Teriak salah seorang wanita yang tampak melayang kearahku.

“Kruakakakakk.” Para suku kanibal berbicara seperti hewan, tepatnya seperti suara Burung Beo. Aku melirik Mawar yang ingin menyelamatkanku, aku melambaikan tanganku supaya ia tetap di sana.

“Siapa kau ha? Beraninya kau datang ke sini.” Teriaknya dengan menahan tangan kiriku. Tangan kananku tetap menahan rasa sesak di dadaku.

“Kau tidak perlu tau.” Aku meliriknya dengan wajah cemooh.

“Plak!” Dia menamparku dengan keras. Tamparannya, membuat energy di tubuhku menjadi normal.

“Beraninya kau menjawab ucapanku, dasar manusia rendahan. Alurik, bakar dia hidup-hidup!” Teriak Wanita itu, membuatku sedikit syok. Wanita itu menarikku ke dekat kuali besar tadi, dan mengikat tubuhku. Aku melihat dengan pasti wajah-wajah kelaparan para Suku Kanibal. Dan aku melihat, seseorang di balik kandang yang terlihat seperti kandang ayam.

“Astaga, bukankah itu Jupri. Kenapa dia bisa sampai ke sini?” Aku merasakan jika Mawar masih mengintai dari dalam sungai. Dia begitu sabar menanti cara untuk menyelamatkanku.

“Ambil kayu kering sebayak-banyaknya. Malam ini kita akan berpesta! Ahahahaha.” Tawa wanita itu.

“Permisi, kalian harus menyusun kayunya dengan rapi supaya asapnya bisa terkumpul indah ke atas sana.” Saranku membuat mereka semua terdiam. Wanita itu, melangkah kearahku dan langsung meremas wajahku dengan sangat kasar.

“Beraninya kau mengeluarkan suara di ambang kematianmu.” Bisiknya dengan kejam.

“Plak.” Dia kembali menamparku dengan sangat keras. Mereka mulai menghidupkan api, dan langsung membakarku. Bekas tamparannya tadi, membuat hidungku berdarah. Wanita itu, melihat dengan pasti darah berwarna hitam mengalir di hidungku.

“Alurik, matikan apinya! Matikan!!” Wanita itu, lalu mendekat lagi kearahku.

“Kau bukanlah manusia biasa. Siapa kau sebenarnya?” Bisiknya padaku dengan mengusap darah hitam tersebut dari hidungku. Aku bahkan, tidak tau kenapa darahku berubah menjadi warna hitam. Jangan-jangan, karena batu hitam yang sudah tersedot ke dalam tubuhku.

“Kau baru menyadarinya. Dasar Bodoh, bodoh sekali.” Bisikku balik membuatnya menjambak rambutku.

“Aku tanya, Siapa kau sebenarnya? Dan apa maksud kedatanganmu ke sini?” Teriaknya dengan suara mengerikan.

“Aku adalah manusia yang akan membunuhmu.” Bisikku lagi, membuatnya melepaskan tangannya dari kepalaku dengan sangat kasar.

“Tidak mungkin, ramalan itu pasti tidak benar. Tidak mungkin, tidaaaaak.” Teriaknya dengan berteriak menjerit dariku, lalu terdiam seperti hendak memikirkan sesuatu.

“Haaaaaah, benar aku hanya tinggal membawamu pada Ratu Iblis. Dengan mengisap darahmu kekuatannya bisa bertambah, dengan begitu aku juga akan menjadi lebih kuat. Ayo, ikut aku. ayoooo!!” Tariknya dengan kasar tanpa peduli dengan ikatan tali di kaki dan tanganku. Dia menarikku naik ke atas awannya. Aku merasakan energi negatif yang begitu besar dari awan hitam ini. Rantai babi yang bersembunyi di dalam tubuhku, secara perlahan mulai menghisap energi itu.

“Ada apa ini? Kenapa tiba-tiba aku menjadi lemas?” Tanyanya ketika hendak menjalankan awan tersebut. Baru tiga meter kami terbang, air laut langsung menelan pulau tersebut. Sepertinya gempa bumi yang sangat besar terjadi di pulau itu. Semua penduduk suku kanibal mulai berlarian.

“Kuarakakak kakakarakakk!!” Teriakan Suku Kanibal. Aku tidak mengerti, entah pulau itu yang turun ke bawah, atau air laut yang menelannya.

“Apa yang sedang terjadi? Kucing-kucingku, tidaaaakkkkkkk!!!” Teriak wanita itu. Aku hanya terdiam melihat semua yang terjadi.

“Itu semua adalah salahmu. Karena dirimu, peliharaanku tenggelam. Kau harus menerima akibatnya!” Teriaknya dengan penuh emosi lalu memukulku.

“Plak, plak!”

“Bhukh, bukhk, bukh!” Pipi ini rasanya sudah mati rasa, hingga pukulannya yang begitu keras tidak terasa lagi. Aku merasakan kekuatannya mulai berkurang, dan kekuatanku mulai bertambah. Aku dengan mudahnya membuka ikatan tali di tanganku.

“Bukankah ini sangat mudah?” Tanyaku dengan tersenyum licik padanya lalu mulai menjambak rambutnya. Pakaiannya yang serba hitam, dengan lipstick hitam, dan make up hitamnya mulai memudar.

Lihat selengkapnya