“Ini betulan buatku, Paman?”
Awal Musim Dingin 222 Shirena.
Kota impianku telah bediri di tepian Kubang Naga. Deretan rusun lengkap dengan kawasan pengrajin beserta pusat belanja dan berbagai fasilitas yang sanggup kubayangkan di satu kota kini kokoh mencakari langit.
Kauro Baru, jilid dua.
“Di sini sudah ada dapur, ruang tengah, kamar tidur, kamar mandi sama toilet terus balkon buat jemur baju.”
Entah bagaimana penampilanku saat mengiklankan karya tangan-tangan terampil suku Delta tersebut, tetapi kuyakin kala itu diriku cukup mengagumkan di mata orang-orang—aku ragu mereka pernah melihat model rumah bergaya minimalis sebelum ini.
Ya, pasti begitu. Muka-muka datar di depanku gegara kaget sama terpukau. Mwehehe.
Lanjut.
“Sampah rumah tangga bisa kau taruh di wadah dekat pintu sana atau sekalian bawa turun ke bawah pas keluar, petugas akan mengambil mereka tiap pagi sama sore, paham—dan, ya, unit ini milikmu, Bocah.”
“Aku gak percaya kau memberikan rumah sebesar i—”
“Cuma hadiah kecil!” selaku yang lalu membuka jendela kamar itu biar udara segar masuk, “rencanaku adalah membiasakan kalian hidup teratur, gak sembarangan kayak kemarin.”
“Hehe. Kau masih kesal gegara sampah pinggir kali tahun kemarin itu, ya, Paman?”
“Ya!” Aku berbalik terus duduk di sofa. “Sudah kusediakan lahan buat mengubur sama membakar sampah di luar pagar desa, tapi kalian masih saja membuang mereka ke sungai.”
Rombongan di ruangan tersebut silih lirik, tetapi satu pun tidak ada yang berani menyanggah.
Dan satu-satunya alasan mereka ialah ….
“Tempat itu terlalu jauh—”
“Makanya kubuatkan kau apartemen berfasilitas lengkap!” potonku lekas bangkit ‘tuk lanjut mengantar semua orang ke kamar masing-masing, “ayo ke unit sebelah, kalian harus sudah dapat tempat tinggal sebelum musim hujan sama banjir datang.”
Tanggal 1 Bulan Sepuluh.
Penduduk Kauro Baru pindah ke rumah baru.
Lima ratus unit apartemen di lima gedung enam lantai dengan fasilitas lengkap sepanjang tepian Kubang Naga.
Membuka babak pertama menuju Eldhera yang kumau ….
***
“Pengelolaan limbah, saluran irigasi sama sanitasi baik, area pengrajin, kawasan belanja, rumah penduduk …, apa lagi yang belum kita punya di Kauro Baru, Tetua?”
Kututup laporan di tanganku, menaruhnya di meja, lalu melihat para sesepuh suku Delta.
“Pasukan keamanan, penyelia tiap gedung, penitipan kuda, bank …, apa lagi?”
Mereka silih lirik sebelum salah seorang mendekat dan buka suara.
“Tuanku, bagaimana kalau kita membentuk pasukan sekarang?”