Segenggam Cinta 'tuk Berlian

Saepul Kamilah
Chapter #14

Kelahiran Senjata Mistis

“Siapa dia?”

Puncak Musim Dingin 222 Shirena.

Kauro Baru-ku luluh lantak. 

Bangunan-bangunan enam lantai di sana rata dengan tanah sedang para penghuninya raib tak berbekas kalau tidak tergeletak tanpa nyawa bersama kelabang raksasaku. 

Pukulan berat, apalagi kala itu diriku baru saja sepakat ‘tuk memekarkan Gurun Aester bersama Saintess sebagai percobaan sebelum menerapkan konsep utopia di Dataran Tengah. 

Lebih menyakitkan lagi tatkala kutahu siapa pelakunya ….

“Ayah mertuaku?”

Aku ingin muntah, seketika.

“Kenapa ayah mertuaku bisa datang kemari, Soran?”

“Katanya dia ingin mengambil Berlian.”

Mengambil Berlian.

Aku paham bila beliau terdorong oleh rasa khawatir sebab negara di mana sang putri tinggal baru kalah perang. Namun, kenapa mesti dengan meruntuhkan dunia kecilku dan merebut semua penghuninya juga?

Dan yang paling tidak kumengerti ialah ….

“Kenapa kau gak cegah diaaa?!”

Soran angkat tangan, ia rada buang muka sebelum beralasan.

“Istrimu yang suruh. Katanya dia mau ikut ayahnya asal semua orang di sini sela—”

“Dan kau lihat mertuaku ingkar janji, ‘kan?!”

“Gak secara teknis.”

“Maksudnya?”

“Kelabang sama polisi desa mati sebelum Berlian muncul,” terangnya kemudian mendarat, “ayah mertuamu langsung menyerang begitu sampai kemari, Ure. Aku gak sempat menolong mereka saat itu, maaf ….”

Hem. 

Aku tidak bisa menekan anak ini.

Jika dirinya mengaku salah, itu tanda bahwa ia telah belajar.

Terus juga, kata Soran ayah mertuaku tidak membunuh para manusia. Bila ini benar, artinya beliau cuma salah kira Kauro Baru sebagai sarang monster dan gedung-gedung apartemenku disangka kerangkeng manusia.

Yang tersisa sekarang hanya move on ….

“Apa ada pesan dari istriku?”

“Berlian bilang ….”

Celaka—jangan baca pakai irama tegang, tapi dengan nada lemas.

Dengar pesan yang dititipkan pada Soran, aku paham bila istriku kini baik-baik saja. 

Namun, ayah mertuaku bukan orang yang mudah menerima menantu. Beliau mau diriku datang padanya dan membuktikan diri. Lewat pesannya kepada Soran pula, aku langsung ia tolak dengan kualifikasi sekarang.

Dia, ayah mertuaku, bakal tetap menolak bila dalam lima tahun aku tak datang padanya sebagai anggota sekte terkemuka di salah satu aliansi. Sabuk Timur, Pagar Tengah, atau Gerbang Barat.

Meski pengendalian manaku melewati ranah puncak dan aku punya level tertinggi di Eldhera, faktanya diriku memang bukan anggota sekte mana pun di zaman ini. Jadi …, Cek! Menyebalkan.

“Apa rencanamu, Ure?”

Lihat selengkapnya