Segenggam Cinta 'tuk Berlian

Saepul Kamilah
Chapter #16

Dunia Kecil

“Oi-oi-oi ….”

Sontak kutaruh perkakas kebun terus lari ke gerbang depan segera, memapak para pertapa cincin lapis ganda yang baru saja mendarat di depan Gerbang Sekte Bukit Muara.

“Berhentiii!” pekikku, menghalau mereka agar jangan mendekati kuil tempat Ketua dan Saudara Seperguruan semedi. “Ketua sama seniorku lagi menjalani latihan tertutup, kalian gak boleh mengganggu. Kalau ada perlu atau punya urusan dengan sekte ini, bilang padaku saja!”

Tiga orang tadi silih lirik.

“Aku gak salah dengar, ‘kan?”

“Itu yang mau kutanya.”

“Salam, Saudara.”

Dari tiga orang tersebut, hanya satu yang sepertinya mengerti tata krama.

“Nona baju merah dengan tusuk konde naga menggigit mutiara, kau lebih baik daripada dua pria di belakang,” ucapku sebelum membalas sapanya penuh senyum, “salam juga, ada yang bisa kubantu?”

“Terima kasih, boleh kutahu dengan siapa diriku bicara?”

Menjawab si wanita muda, kukenalkan diri sebagai Murid Kedua Sekte Bukit Muara lantas menjamu mereka di meja halaman depan tak jauh dari tempat kami bicara, dan setelah berbasa-basi hingga menanyakan maksud kedatangan mereka sekali lagi aku pun tahu seremeh apa kedudukan sekte ini di Persekutuan Pagar Tengah.

Ya. Kalian gak bakal percaya kalau kubilang Bukit Muara ada di peringkat terbawah dari sekian ratus sekte di persekutuan, benar-benar paling bawah.

Saking bawahnya sampai kini aku merasa harus melakukan sesuatu ….

*** 

“Saudara Mi!”

Senyumku spontan mekar, lekas kulambaikan tangan membalas lambaian Saudari Nie Lan. Perempuan muda yang bertamu ke Bukit Muara bersama dua utusan Persekutuan Pagar Tengah sehari sebelumnya.

“Kau betulan datang?”

Eh?! Pertanyaan macam apa itu?

“Haha.” Kurasa dia sama dua laki-laki kemarin bertaruh sekteku takkan mengirim orang kemari. “Tentu aku datang, Saudari Lan. Bukankah Saudara Wen bilang ingin mengajakku menjelajah Dunia Kecil?”

“Saudara Wen tidak serius dengan ucapannya, Saudara Mi.”

“Saudara Sun.”

Dan, ya, dua orang menyebalkan kemarin juga datang.

“Salam, Saudara Sun, Saudara Wen.”

Bukan hanya mereka. Situasi tempat ini jauh lebih ramai ketimbang apa yang kudengar, ada lebih dari seratus corak seragam sama jubah berbeda pas diriku tadi turun dari punggung si Mera. Kurasa sekurang-kurangnya anggota inti tambah setengah persekutuan semua berkumpul di sini.

“Saudara Mi. Sektemu baru pertama kali mengirim orang kemari, mari kukenalkan pada tetua sekteku ….”

Akhir Musim Panas 223 Shirena. 

Sebagai refresentasi Bukit Muara, hari itu aku datang ke pertemuan di Lembah Dua Tebing setelah memasang formasi penghalang dan menulis pesan buat Ketua sama Saudara Seperguruan di sekte.

Lihat selengkapnya