Segenggam Cinta 'tuk Berlian

Saepul Kamilah
Chapter #19

Pertemuan Gerbang Dunia Kecil

“Bagaimana?”

“Seperti yang Anda perkirakan, Tetua. Monster-monster besar memang muncul dan sebagian telah membawa pasukan mereka mendekati Pilar Cahaya Naga ….”

Hari keenam di Dunia Kecil.

Cahaya putih kebiruan telah muncul dan menarik banyak makhluk mistis mendekat ke satu tempat, Makam Pusaka dan Kancah Raja Binatang, jantung area pertama sekaligus titik paling tinggi sedunia ini.

Fenomena yang seharusnya baru akan terjadi setelah hari keseratus pintu Dunia Kecil terbuka ….

“Sudah kuduga,” ujarku dari punggung Oka, “kumpulkan semua pengokohan fondasi tahap menengah.”

Kukeluarkan pil-pil yang rencananya memang mau kubagikan.

“Aku punya delapan belas pil penerobos ranah,” kataku lantas memperjelas, “gunakan buat menyempurnakan ranah kalian ke tahap puncak. Bagikan juga pil-pil penambah mana sisanya ke anggota lain, begitu para fondasi tahap menengah selesai semedi kita akan menyerbu Pilar Cahaya Naga ….”

*** 

“Seraaang!”

Hari ketujuh.

Denting senjata beradu dan auman silih sahut. Begitulah situasi sekarang, monster-monster besar membawa pasukan untuk saling gempur lalu para praktisi dunia luar menunggu sembari menonton di pinggiran.

Sementara aku, dari atas punggung Oka dengan dibantu oleh tiga puluh dua pertapa ranah pengokohan fondasi tahap puncak, tengah menerjang para penghadang sambil menyongsong cahaya putih kebiruan yang kini telah dililit oleh seekor ular naga. Hendak merebut sebilah pedang sebelum didahului pihak lain ….

“Tetua, mereka makin banyak.”

“Benar, monster-monster ini mengincar siapa saja yang mendekati puncak—”

“Kalian jaga di sini!” pekikku yang lalu mengentak Oka agar terbang semakin masuk ke jantung area pertama dan mendekati Pilar Cahaya Naga di depan, “halau siapa pun yang mau menyusulku ….”

Semakin masuk ke kancah pertempuran di Kuburan Pusaka, makin ganas dan banyak pula makhluk-makhluk yang berusaha menghadangku dengan para praktisi luar dunia ini. Mereka mengayunkan cakar, paruh, taring, bahkan melempar sihir membabi buta ke arah kami.

Semakin dekat ke tujuan, pemandangan yang kulihat pun makin mengerikan. 

Monster-monster besar beradu nyawa. 

Angin, gempa, longsor hingga hujan batu, mereka lempar ke satu sama lain.

Benar-benar menakutkan ….

*** 

“Tetua.”

“Tetua.”

“Pertempuran ini bukan ranah kita …,” kataku begitu para praktisi dunia luar menyusul, “diriku tidak ingin melanjutkannya, kalian pulang saja.”

Kukeluarkan Pil Penghalang Lapis Ganda yang kujanjikan.

“Diriku tidak tahu kalian akan membaginya bagaimana, tapi perjalanan ini sudah selesai.”

Mereka silih lirik sebelum salah seorang mengambil pil tersebut dan berterima kasih.

“Tetua, Sekte Lembah Bukit Ganda akan mengingat kebaikan i—”

“Tunggu!” Kuminta Oka berbalik. “Kalian dari banyak perguruan …,” lanjutku kemudian mengeluarkan Pil Penghalang Lapis Ganda yang memang mau kubagikan, “dengan satu di tanganmu, pil-pil ini jadi selusin.”

Lihat selengkapnya