“Aku gak bisa menebak ranahmu, Junior Mi.”
Aku menoleh ke bocah plontos di kuda sebelah—lebih ke menjuling sebetulnya.
Dia yang rencananya mau kusuruh latih tanding menantang padepokan-padepokan sekitar ini terus bilang gak bisa menebak ranahku dan berulang-ulang membahas kejadian waktu aku memperagakan Lonceng Emas sama sederet jurus beraliran chi panas bulan lalu.
Hem.
“Maksudku saat itu diriku masih pengembunan hawa …,” ujarnya buat kesekian kali, “jelas takkan mungkin melihat orang di pengokohan fondasi, tapi—”
“Kau sudah mengatakannya belasan kali, Senior Qin.”
“Hehe.” Ia terkekeh, lantas tiba-tiba mengentak kuda.”Lihat! Kita sampai ke Sekte Palu Emas ….”
Bagus, sekarang dirinya benar-benar mirip Ketua.
“Menghindari topik terus kabur ke hal lain,” gumamku yang lalu hela napas, “anak itu persis gurunya, ‘kan?”
Huh! Kudaku mendengus.
“Kalau dia menang lawan Ketua Palu Emas, menurutmu berapa persen murid mereka yang bisa kita serap—ah, sudahlah! Kita bahas ini nanti,” kataku terus mengentak perut si Mera, “ayo susul bocah itu ….”
Rencanaku adalah popularitas instan.
Namun, diriku juga sadar bila hal tersebut takkan mungkin tercapai pakai cara biasa. Mustahil. Buktinya, sudah kukenalkan Bukit Muara baru saat Pertemuan Dunia Kecil di Lembah Dua Tebing dengan cukup heboh dan yang melirikku hanya sedikit.
Dua tetua sekte sama sekumpulan amatir. Jika begini terus kapan sekteku masuk jajaran anggota inti dan akan bisa kubawa bersaing dengan perkumpulan sebelah, ya, ‘kan?
***
“Siapa kalian?”
“Penerus Bukit Muara sama tetua mereka,” kataku, menjawab orang di depan Gerbang Palu Emas. “Kemari buat melakukan pertukaran.”
Kukeluarkan Pil Penghalang Lapis Ganda.
“Kudengar ketua sekte ini sulit menerobos puncak formasi mutiara inti …,” lanjutku yang lantas menoleh dan memberi Saudara Seperguruan Qin tanda supaya maju pakai gerakan kepala, “murid utama sekteku ingin cari pengalaman, jadi kutawarkan pil penerobos ranah bila dirinya bisa dikalahkan.”
“Sembarangan!” bentak salah seorang penjaga, “sekteku bukan—”
“Apa tadi kau bilang ingin cari pengalaman?!”
Bagus. Orang yang kucari muncul.
“Benar.” Kuangkat pil penerobos cincin lapis empatku. “Kalahkan dia dan pil ini milikmu.”