Segenggam Cinta 'tuk Berlian

Saepul Kamilah
Chapter #34

Selesai Satu, Muncul yang Baru

“Kalian lagi apa?”

Zi Yang, pegawai Kantor Muri Distrik Selatan Tianwu, dengan saudara angkatnya, Zi Ge. Mereka duduk di bawah pohon dekat gerbang utama sekte selama dua jam sambil menggumamkan mantra aneh.

Aku penasaran mereka berdua sedang melakukan latihan apa.

“Paman Guru.”

“Paman Guru, kami sedang melatih mantra penenang pikiran dan teknik mengumpulkan chi dari manual ini.’

“Manual?” Kuperhatikan buku di tangan Zi Yang sebentar. “Eh?! Aku baru tahu ada benda itu di sini, kalian dapat dari mana, Tuan Zi?”

“Pa-paman Guru.”

“Ya?”

“Bu-bukankah murid sekarang sudah menjadi bagian sekte Anda.”

“Terus?”

“Tolong jangan panggil tuan lagi,” tuturnya kemudian meletakkan manual tadi di tanah, “rasanya seperti ada jarak di antara kita. Kalau boleh, tolong panggil murid Zi Yang saja.” 

“Ah.” Aku mengangguk. “Baiklah, kalian sekarang murid Bukit Muara juga.”

Hem. Kuelus daguku dua kali—berpikir sambil melihat manual di tanah.

“Memang aneh kalau gak kupanggil pakai nama ….” Jujur, diriku tak sempat memperhatikan raut wajah ‘Duo Zi’ tersebut, soalnya mataku masih tertarik ke manual di depan lutut mereka. “Ngomong-ngomong, Zi Yang, kau belum menjawabku. Buku ini kalian dapat dari mana?”

Kutarik manual tersebut pakai Benang Pandora.

“Apa kalian membacanya dari atas ke bawah sama dari kanan ke kiri?”

“Benar, Paman Guru.”

“Oh.” Hem, sekarang aku paham. “Pantas aliran chi di sekitar kalian jadi aneh.”

“Ma-maksud Anda, Paman?”

“Sampulnya gak dikasih judul, wajar kalau salah baca,” kataku yang lalu merabut serta menyusun lembaran buku itu mengikuti formula aslinya di hadapan mereka, “nih, coba baca dari lembaran paling atas terus sampai bawah sini … bukan, lanjut ke lembar di bawahnya—ini …, ke sini … lanjut ….”

Setelah mereka selesai.

“Bagaimana?”

“Paman—”

“Jangan menyungkur di depanku!”

Kebiasaan. Kenapa orang-orang timur zaman sekrang mudah sekali berlutut?

“Paman Guru.”

“Buku itu warisan keluarga, ya?”

“Be-benar, Paman.”

“Hah ….” Aku lega. “Syukurlah. Ingat, jangan baca per lembar dan jangan pernah melatih teknik dari manual ini di sembarang tempat lagi. Kalau kalian lakukan ….”

Lihat selengkapnya