Segenggam Cinta 'tuk Berlian

Saepul Kamilah
Chapter #39

Cermin Hantu

“Siapa lagi ini, Junior?”

“Dia keponakanku,” kataku, merujuk Miki di sebelah. “Rumahnya dibakar pas invasi Serindi ke Kauro dua tahun lalu, jadi aku mau mengambilnya sebagai murid Sekte. Bagaimana, kau gak masalah, ‘kan, Senior?”

Saudara Seperguruan Qin geleng kepala. 

Bukan gak setuju, tapi lebih pada capek sebab diriku kerap membawa ‘penghuni baru’ tiap kali kembali setelah izin meninggalkan sekte. Mwehehe. 

Oka, Mo Lin dan Duo Zi, Pilo-Pato, terus sekarang Miki.

“Senior, kau tenang saja. Kujamin bocah di sana itu akan bisa diandalkan. Ya, ‘kan?”

Si bocah nyengir sambil garuk kepala menanggapi lirikanku dan Senior Qin.

“Hah ….” Kala itu saudara seperguruanku hela napas. 

Berkaca pada kebiasaannya kuyakin ia takkan menolak. “Selama masih ada ruang kosong di sekte kita, kurasa menambah satu orang lagi bukan masalah.”

“Kan—Bocah!” Kupanggil Miki segera. “Biar kata kalian sepantaran, bocah plontos satu ini adalah seniorku dan Kepala Sekte Bukit Muara selanjutnya. Cepat panggil dia guru ….”

*** 

Petang hari, masih di tanggal 16 Bulan Sepuluh. 

Waktunya bikin perhitungan sama ‘penerus’ kawan lama ….

Sring! Kupasang kubah penghalang mengelilingi Kemah Bukit Muara ‘tuk mengisolasi sekte satu itu dari dunia luar. Yang, siapa sangka bakal segera menarik perhatian ketua dan dua tetua mereka.

“Siapa?!” pekik orang berjubah kelabu yang barusan melesat dan kini tengah melayang bersama dua rekannya di tengah-tengah kubah, “siapa yang berani menyerang sekteku?!”

“Aku baru pasang penghalang,” kataku, muncul dari balik salah satu tenda. “Terus juga, belum ada satu pun murid sekte kalian yang terluka, bukan?”

“Siapa?”

“Penagih utang ….”

Satu gerakan telunjuk. Bdum! Ketiganya dibanting menyungkur oleh tekanan ribuan kati hingga membentur tanah dan embusannya mengempaskan tenda-tenda sekitar mereka ke udara.

“Te-tetua …, se-sekteku, ti-dak, pernah menyinggung—”

“Memang bukan secara langsung,” timpalku sembari mendekat, “tapi jika kalian tidak memberiku jawaban bagus, semua orang di kemah ini akan kulenyapkan.”

Kuringankan tekanan auraku sedikit.

“Jawab aku, siapa di antara kalian yang bernama Fei Liang?”

“Itu ….” Ketiganya silih lirik sebelum salah seorang mau bicara. “Menjawab Tetua. Jika Fei Liang yang Anda cari, beliau adalah tetua luar sekte kami.”

Beliau? Hem. Kurasa orang ini tidak sesederhana status tetua luarnya.

Lihat selengkapnya