“Kita berhasiiil ….”
Petang hari, masih di hari ketiga Ekspedisi Tujuh Panji.
Berondong peluru meriam dibarengi lemparan jurus bermacam aliran dari atas formasi kapal udara dan kereta-kereta di bawah sana mencegah gerombolan monster di seberang mendekat.
Juga, memekarkan senyum semua orang.
“Hah.”
“Hahaha. Kita berhasil.”
“Kakiku lemas. Kukira kita akan mati di sini.”
Mumpung orang-orang lagi lengah, pelan-pelan kutarik diriku lalu menyelinap ke luar Geladak Tengah Kapal Pengangkut terus melompat ke Kapal Induk sembari ganti mantel.
Segera, kuperiksa kamar peta buat mencari peta rute perjalanan kami.
“Tetua?”
“Mana peta perjalanan kita?” tanyaku pada kru di sana, “aku ingin tahu kita sudah sampai mana.”
“Ah!” Salah seorang sigap menyambar lekas menggelar peta yang kumau di meja. “Ini, Tetua.”
“Bagus. Tolong panggil Kopilot Pertama kemari ….”
Sesaat kemudian.
“Anda memanggil, Tetua?”
“Benar.” Kupapak kopilot kapal induk tersebut lantas merangkulnya agar melihat peta. “Kemari-kemari, beri tahu atasanmu, kita akan berhenti di sini—lihat, titik sebelah sini!”
Ia terbelalak sebentar.
“Beri tahu kapal-kapal induk lain juga,” tambahku kemudian menegaskan, “kita harus sampai di sana sebelum matahari terbit besok, ingat! Atau, ketujuh panji takkan pernah bertahan sampai tujuan bulan depan.”
“Dimengerti ….”
Begitu pesanku diumumkan, kapal induk diikuti kapal-kapal pengangkut bersama kereta-kereta pandu juga penyisir di bawah segera putar haluan. Menuju titik yang kuinginkan pada peta perjalanan kami.
Wilayah yang dulu sangat kukenal bahkan kerap kukunjungi serta menjadi andalan bila memerlukan bantuan.
Kemah Tikar Dagang ….
***
“Kau dari mana, Saudara Mi?”
“Aku?” Kusenyumi orang yang barusan menegur terus loncat ke jaring layar. “Habis dengar pengumuman sama lihat arah kapal kita sekarang.”
“Oh.” Orang tadi kembali pada urusannya. “Katanya Wakil Kepala menemukan tempat singgah,” ucapnya sambil lalu, “beliau jarang keluar, tapi sekalinya muncul penuh dengan kejutan ….”
Satu sudut bibirku naik.
Bukan diriku jarang keluar, tapi aku tidak bisa ada di dua tempat sekaligus.