Bagaimana bisa manusia langka seperti Bowo dengan mudahnya mendapat teman chatting yang asik, sedangkan gue baru memulai percakapan saja sudah di block. Yah, mungkin saja kejombloan ini telah menyebabkan ilmu pendekatan lawan jenis yang gue miliki memudar. Pantang menyerah, gue mencoba memperluas cakupan jarak para pengguna aplikasi anonim tersebut. Gue terpana dengan salah satu akun yang memposting beberapa bait puisi yang menurut gue indah. Akun tersebut bernama “Dian Sastra.” Wah, apakah sebenarnya dia adalah kembaran Dian Sastro yang terbuang?
“Hallo kembarannya Dian Sastro, puisi lu bagus-bagus banget. Keren.”
“Hahaha makasih ya. Tapi gue bukan kembarannya Dian Sastro kok, cuma iseng aja pakai nama itu.”
“Iseng tapi kreatif ya hehe. Lu domisili dimana? Jarak kita lumayan jauh ya kalo lihat di aplikasi.”
“Iya jauh, tebak ada dimana?”
“Kalau jawaban gue benar, dapat hadiah ngga?”
“Boleh, maunya hadiah apa?”
“Nomor handphone lu boleh? Hehehe.”
Percakapan antara gue dan perempuan dibalik akun bernama “Dian Sastra” terus berlanjut. Meskipun gue gagal menebak darimana perempuan itu berasal, dengan sedikit jebakan betmen akhirnya dia pun memberikan nomor handphone nya. Hal paling pertama yang gue cari dalam sebuah hubungan adalah nyambungnya sebuah obrolan. Kalau sudah nyambung di ajak ngobrol, urusan fisik apalagi harta itu nomor sekian. Syukur-syukur sudah asik, cantik, pintar, berjiwa ke ibu an, jago mengaji pula. Mungkin kalau ada perempuan seperti itu, pasti selera nya bukan gue lagi.Tenang, gue cukup sadar diri kok.
***
Gue pulang ke rumah dengan hati riang gembira. Kedatangan gue disambut hangat oleh kedua orang tua gue yang juga memberi kabar bahwa proses pengerjaan jas almamater itu sudah selesai. Itu artinya, gue bisa segera mendapatkan uang dalam jumlah yang lumayan. Tanpa ragu-ragu, gue menghubungi Pak Ari, untuk memberikan kabar bahwa pesanan jas almamater nya sudah selesai, dengan maksud agar Pak Ari segera membayar sisa pelunasannya. Namun, respon Pak Ari ternyata berbeda. Beliau meminta gue untuk mengirimkan barang itu terlebih dahulu, dan akan segera melunasinya setelah ada resi pengiriman.
“Pa, Ma, kata Pak Ari minta dikirim barangnya dulu baru pelunasannya di transfer. Jadi gimana?”
“Kok nanya papa? Kan kamu bos nya. Belajar ambil keputusan sendiri lah Gus...”
“Iya Gus.. tapi memang kadang ada aja sih konsumen yang kaya gitu, maklum belum lama kerjasama. Biasanya kalau udah sering kerjasama sih ngga akan kaya gitu.”