Mobil itu berjalan dalam keadaan yang sangat sunyi, sepertinya dua penghuni di dalamnya enggan untuk saling berbicara. Akhirnya setelah seminggu diskors, Maureen sudah bisa kembali masuk sekolah. Walau dia tadi sempat adu mulut dengan ibunya karena ingin diantar ayahnya ke sekolah tapi tentu saja ibunya tidak mengijinkan. Dengan cara apapun ayahnya juga berusaha ikut membujuk ibunya tapi tetap tidak berhasil dan itulah membuat ibu dan anak itu diam-diaman.
“Maureen, kamu masuk ke kelas dan belajar dengan baik, yah. Ingat, jangan melakukan hal yang bodoh lagi! Ibu mau ke ruang kepala sekolah kamu dulu baru habis itu ibu pulang,” pesan ibunya saat mereka tiba di sekolah.
Maureen hanya mengangguk saja, malas kalau harus beradu argument dengan ibunya di ruang lingkup sekolah seperti ini. Baru beberapa langkah Tacita kembali mengarahkan pandangannya ke anaknya dan mendapati seorang guru bersama anaknya. Dia merasa heran ketika anaknya malah memeluk dengan erat dan setelahnya mengulas senyum untuk guru itu.
“Selamat pagi bu Tacita,” sapa kepala sekolah yang baru saja keluar dari ruangannya.
Sapaan itu membuyarkan lamunan Tacita, “Oh iya selamat pagi pak, bagaimana kabarnya?” Dan berlanjutlah obrolan mereka sampai akhirnya sekitar 15 menit waktu telah berlalu.
“Tenang saja bu Tacita, saya yakin kalau Maureen adalah anak yang baik hanya saja dia tidak suka dengan pem-bully-an makanya dia melawan.” Kepala sekolah dan Tacita tertawa.
“Terima kasih pak karena sudah mau memaklumi anak saya, kalau begitu saya permisi dulu yah, pak,” pamit Tacita.
Baru selangkah Tacita berjalan pergi, dia malah diingatkan lagi dengan kejadian anaknya memeluk guru itu. Ditambah lagi saat memicingkan mata, dia melihat kalau guru itu masih ada di lapangan sekolah bersenda gurau dengan guru-guru lain, “Pak, kalau boleh saya tahu siapa yah guru yang memakai kacamata itu?” Tanpa ba-bi-bu, Tacita langsung menanyakannya kepada kepala sekolah.
“Oh itu, itu ibu Adara, guru BK kami di sini. Dia sangat dekat dengan anak-anak murid termasuk dengan anak ibu,” jelas kepala sekolah setelah melihat guru yang ditunjuk oleh Tacita.
Tacita mengangguk mengerti, “Apa dia juga wanita yang ada dalam foto di HP Maureen?” gumam Tacita dalam hati.
Sementara itu Adara ingin kembali ke ruangannya ketiba tiba-tiba ada yang menghampirinya, “Ibu Adara, kan? Bisa kita bicara sebentar?” Siapa lagi orang itu kalau bukan Tacita.
Adara agak kaget sebenarnya karena sebelumya dia tidak bertemu atau mengenal dengan pasti siapa wanita ini, “Mohon maaf dengan siapa yah?” tanya Adara sesopan mungkin.