Kondisi terdekat Rabb kepada hamba adalah pada pertengahan malam terakhir. Bila engkau mampu untuk termasuk diantara orang-orang yang berdzikir (mengingat dan menyebut) Allah pada saat itu, maka lakukanlah.โ
(HR. Tirmidzi)
๐๐
Jam menunjukkan pukul tiga dini hari. Asiah bangun dari tidurnya. Ia berwudhu dan menuju tempat solat. Ia membentangkan sajadahnya. Mengangkat tangan dan bertakbir. Menyebut kebesaran Sang Maha Kuasa. Allahu Akbar. Allah Maha Besar. Allah, pemilik langit dan bumi, Maha Kuasa atas segalanya. Asiah hanyut dalam perbincangan dengan Tuhan di seperrtiga malamnya. Angin malam yang menusuk lembut kian menenggelamkannya pada zikir dan doa yang terus mengalun dari bibirnya. Begitu nikmat dan tenang saat menyebut Asma-Nya. Tak terasa air mata sudah membasahi pelupuk mata. Bahkan ia tak meenyadari ada sepasang mata yang melihat sujudnya dan mendengar tangisnya.
โMereka membaca ayat-ayat Allah di pertengahan malam, sedangkan mereka dalam keadaan sujud.โ(QS. Ali-Imran :113).
๐๐
Di belahan bumi lain, seorang pemuda yang juga merasa sebagai pendosa sedang bersujud pada Rabb-Nya. Berbisik pada bumi agar suaranya terdengar hinga ke langit. Merendah sepenuhnya di hadapan Tuhannya. Ia merasa hina atas segala dosanya. Merasa sombong, padahal ia hanya makhluk-Nya yang kerdil.
Ya Allah, aku ini masih banyak dosa. Aku tidak ada apa-apanya dibalik keagungan dan kasih sayang-Mu. Aku selalu butuh kepada-Mu.
Alif larut dalam sujudnya. Rasanya malu untuk sekedar mengangkat kepala sedangkan dosanya begitu banyak, berharap Allah akan mengampuni.
โMereka sedikit sekali tidur pada waktu malam. Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun kepada Allah.โ(QS. Adz-Dzariyat :17-18).
โDan barangsiapa berbuat kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian dia memohon ampunan kepada Allah, niscaya dia akan mendapatkan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.โ(QS. An-Nisa :110).