Allah, beri aku sebaik-baik pentunjuk-Mu
🍀🍀
“Alhamdulillah, kita tutup pertemuan hari ini dengan do’a kafaratul majelis Subhanakallahumma wabihamdika, asyhadu al-laa ilaaha illaa anta, astaghfiruka, wa atuubu ilaik. (Maha Suci Engkau ya Allah, aku memuji-Mu. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Engkau, aku minta ampun dan bertobat kepada-Mu ),” Ustadzah Malika menutup materi Tahsin hari ini. Satu persatu akhwat pamit undur diri.
“Asiah, mau langsung pulang?,” Asiah mengurungkan niatnya beranjak dari tempat duduk.
“Iya Ustadzah.”
“Boleh minta waktunya sebentar?”
“Tafadhol Ustadzah. Afwan, ada apa Ustadzah?”
“Begini Ukhti, ada seorang Ikhwan memiliki niatan baik kepada Ukhti. Dia menyerahkan CV taarufnya kepada Ustadz Fajar untuk disampaikan kepada Ukhti,” Ustadzah Malika menyerahkan sebuah amplop cokelat kepada Asiah. “Kamu baca dulu CV itu, nanti solat Istikhoroh sebelum memberi jawabannya.”
“Baik Ustadzah,” Asiah menerima amplop coklat itu. “Jazakillahu Khoiron Ustadzah.”
“Wa Jazakillahu Khoiron.”
🍀🍀
Asiah menatap amplop di tangannya kini dengan hati berdebar. CV Taaruf? Ada Ikhwan yang punya niatan baik padanya? Siapakah gerangan?.
“Bismillah,” Asiah membuka pelan amplop cokelat yang tertutup rapat dan mengeluarkan kertas di dalamnya. Asiah menghembuskan nafas pelan sebelum lanjut untuk membaca. Jantungnya seakan di pompa lebih cepat saat melihat nama yang tertera.
“Alif Ramdana,” ingatan Asiah langsung beralih pada kejadian mobil kayuh di Alun-alun Jogja. Pada sosok pemuda yang menolongnya dari jambret. Alif Ramdana, apakah dia sosok yang selama ini dikagumi Asiah dalam diamnya, pemuda yang ditemui di butik bernama Alif, dialah pemuda itu. tapi, apakah kali ini mereka orang yang sama, atau keebetulan saja nama mereka sama, sebab Asiah sendiri tak tahu jelas siapa nama pemuda yang selama ini dikaguminya itu. Entahlah, semakin Asiah bertanya pada dirinya sendiri, serasa darahnya mengalir semakin deras. Asiah kembali menghela napas. dibacanya dengan teliti CV taaruf yang menjelaskan tentang sang Ikhwan. “Bismillah, Allah beri aku petunjuk-Mu.”
🍀🍀
Asiah membentangkan sajadahnya. Terlebih dahulu ia mencari Tuhannya untuk meminta petunjuk. Disunnahkan bagi perempuan muslimah yang ingin menentukan pilihan terhadap sesuatu (yang terbaik) untuk mengerjakan shalat sunnah dua raka’at selain yang diwajibkan, baik itu shalat sunnah rawatib maupun tahiyyatul masjid, pada siang atau malam hari. Setelah membaca Al-Fatihah, dibolehkan baginya membaca surah apa saja yang dikehendaki. Kemudian bertahmid dan bershalawat kepada Nabi.
Diriwayatkan dari Jabir, dia bercerita, bahwa Rasululullah mengajarkan shalat sunnat istikharah (meminta petunjuk) kepada kami dalam segala hal. Sebagaimana beliau mengajarkan kepada kami sebuah surat dari Al-Qur’an seraya berkata: Apabila salah seorang diantara kalian menghendaki sesuatu hal, maka hendaklah ia mengerjakan shalat dua raka’at, selain shalat fardhu. Kemudian hendaklah berdo’a:
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon petunjuk yang baik dengan pengetahuan-Mu. Aku memehon agar diberi kekuatan dengan kekuatan-Mu. Aku memohon kemurahan yang sangat luas, karena sesungguhnya Engkau berkuasa, sedangkan aku tidak. Engkau Maha Mengetahui, seedang aku tidak dan Engkau Maha Mengetahui segala yang ghaib. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara ini (sebut jenis perkaranya) baik bagiku, bagia agama, bagi kehidupanku saat ini dan masa depan, maka mudahkanlah ia bagiku, bagi agama, bagi kehidupanku saat ini dan di masa depan, maka mudahkanlah ia bagiku. Kemudian, apabila Engkau mengetahui bahwa perkara itu buruk bagiku, bagi agama , bagi kehidupanku saat ini dan masa depanku, maka jauhkanlah aku darinya. Berikanlah kepadaku kebaikan di manapun adanya dan jadikanlah aku orang yang Ridha dengan pemberian-Mu itu.” (HR. Bukhori).
“Allah, aku mohon pada-Mu, jangan Engkau biarkan dosa-dosaku menjadi penghalang untuk mendapat petunjuk dari sisi-Mu. Aku mohon kebaikan dari sisi-Mu ya Rabb. Aku memohon yang terbaik dari-Mu.”
🍀🍀