Sejak Gulita

Putriyani Hamballah
Chapter #1

Gerutu Kanaya

Hari Ke-9


Aku terbangun. Lagi.

Pagi yang tidak kusambut dengan ceria, tapi sinar matahari seolah terus menyemangatiku atau setidaknya menunjukan bahwa kehidupan terus berjalan tanpa tahu perasaan. Kehidupan terus menyeretku untuk terbangun dipagi hari, menyantap sarapan, dan melakukan hal normal lainnya.

Di luar terdengar gerutu burung yang merdu berpadu dengan gerutuan kakak perempuanku yang mengganggu. Kurasa dia sudah kehilangan akal. Mungkin menggerutu sudah menjadi jadwal rutin yang harus dilakukannya setiap pagi.

Aku mengambil kacamata di meja belajar, memakainya, dan seketika pandanganku langsung melihat Ironman yang sedang mengarahkan telapak tangannya ke arahku seolah dia akan menembakku dengan repulsor blast-nya. Tatapan tajamnya seperti mengatakan, 'Hei, Nak. Kau kelihatan payah.'

Poster sialan.

"Kau sudah wafat, Mr. Stark. Jangan ikut campur," semprotku.

Gerutuan yang tidak habis-habisnya terus mengganggu pendengaranku. Aku butuh musik latar belakang agar hidupku bisa agak menyenangkan, tapi ini bukan film komedi romantis itu. Ini sepenuhnya kenyataan.

"Efrina Insun Madangan!" teriak Teh Naya membuatku hampir menjatuhkan ponsel yang baru saja kusentuh. Kata orang, jika ada yang memanggilmu dengan nama lengkap yang juga disertai nada memekik tinggi, itu artinya bencana.

Setelah melepaskan kekesalan dengan meninju-ninju udara, aku tergesa menemui kakakku yang sedang berdiri mengerikan di depan meja makan. Rambut panjangnya diikat berantakan, tangan kirinya berkacak pinggang, sementara itu tangan kanannya meremas kertas putih tak berdosa. Setahuku, dia adalah perempuan yang terbilang cantik, tapi maaf, kali ini dia kelihatan seperti dedemit gentayangan.

Lihat selengkapnya