Sejak Gulita

Putriyani Hamballah
Chapter #30

Hanjuang

Rasa lelah menguasai tubuhku. Di atas motor bersama Dinda, aku diam melamun dalam perjalanan menuju rumahku. Selama di sekolah, aku cukup bisa menahan diri untuk bisa satu ruangan bersama Sancaka. Di kelas, Dinda juga tetap mengalihkan pikiranku seakan aku tidak boleh menoleh ke arah belakang.

Aku masih mencerna apa yang terjadi. Lebih masuk akalnya, kenapa Sancaka melakukan semua ini? Dia rela pindah sekolah hanya untuk bisa dekat denganku? Apa dia gila? Apa dia sadar kalau kelakuannya itu lebih menghancurkan hatiku?

Sampai di rumah. Dinda masih menemaniku, dia bahkan menawarkan diri untuk membuatkanku kukis enaknya. Aku menggeleng dan mengajaknya untuk menceritakan hal tadi kepada Teh Naya.

"Lu nggak mau istirahat dulu?" tanya Dinda, terdengar khawatir.

"Nggak perlu, Din. Makasih," sahutku, melepas sepatu dan melangkah masuk mencari kakakku.

Dinda membuntutiku, menyimpan tas selempangnya di sofa ruang tengah, lalu mengikutiku ke lantai atas. Benar saja, Teh Naya sedang duduk di balkon bersama santap siangnya. Ayam geprek dan es teh manis.

"Makan, Din," tawar Teh Naya sambil mengangkat piringnya.

"Nggak, makasih, Kak," sahutnya sambil mendekat ke pagar dan menyapukan pandangan ke sekitar.

"Teh, kalau sudah makan ke bawah, ya. Aku mau bahas sesuatu," ucapku sembari mencocol mentimun ke sambal geprek lalu melahapnya, membuat Teh Naya memukul punggung tanganku yang dibalut perban elastis. Dia tidak menanyakan soal itu, jadi aku memberi kode ke arah Dinda untuk mengajaknya ke bawah.

"Ada apa?" tanya Teh Naya, raut wajahnya berubah menjadi berkerut, membuat rambutnya ikut kusut tertiup angin.

"Nanti saja kalau Teteh sudah makan. Yuk, Din." Aku buru-buru pergi meninggalkan balkon, menuju kamarku.

"Dasar sok misterius!" teriak Teh Naya. "Dan Teteh tahu kalau kamu berbuat ulah lagi!"

Aku masuk ke kamarku, mencabut semua foto bersama Sancaka, dan Dinda hanya diam melihatku seperti sedang kesurupan itu. Dinda memilih untuk rebahan sambil menyibukkan diri dengan ponselnya.

***

Dinda mengumpat mendengar ceritaku di ruang BK, meski kuyakin samar-samar dia mendengar percakapanku dan Sancaka. Teh Naya diam, keningnya berkerut, dan bibirnya terkatup rapat. Di kamarku, Dinda duduk di tempat tidur, sedangkan Teh Naya duduk di kursi belajar. Setelah menjelaskan sambil berdiri, aku ikut duduk di samping Dinda, bersandar ke bahu kirinya.

"Sancaka tuh siapa sih?" tanya Teh Naya, memecah keheningan.

Aku mengambil laptop di dalam ransel, lalu mengusir Teh Naya agar aku bisa duduk di kursi belajar. Teh Naya dan Dinda berdiri di belakangku. Aku memencet tombol power, menunggu layar menyala sampai ke layar utama. Setelah itu, aku berselancar di Google, mengetik nama lengkap Sancaka.

Beberapa artikel muncul. Tapi, bukan Sancaka yang mendapatkan sorotan, melainkan ayahnya. Aku mencondongkan kepala lebih dekat ke layar laptop, diikuti oleh dua kepala di belakangku.

Ada satu artikel yang membuatku menahan napas.

Klik.

***

Suganda Hanjuang, Legislator Komisi III yang Selalu Menyempatkan Waktu untuk Istri dan Anak Meski Padat Agenda

Di balik layar politik, Suganda dikenal sebagai suami dari dokter bedah ternama dan ayah penuh cinta.

Jakarta – Meski kesehariannya dipenuhi rapat-rapat penting di Komisi III DPR RI, Suganda Hanjuang tak pernah alpa dalam satu peran penting lainnya dalam hidupnya: menjadi kepala keluarga yang hangat dan penuh perhatian.

Dikenal sebagai sosok yang tegas dan berprinsip dalam tugas-tugas legislatifnya, Suganda justru menunjukkan sisi yang berbeda saat berada di rumah. Ia adalah suami dari dr. Dian Ranupatma Hanjuang, Sp. BTKV, seorang dokter bedah ternama yang berdedikasi di salah satu rumah sakit besar di Jawa Barat. Kehidupan rumah tangga mereka kerap menjadi sorotan karena keharmonisan yang terjaga di tengah kesibukan masing-masing.

"Kami berdua punya ritme kerja yang luar biasa padat. Tapi sejak awal menikah, kami sepakat bahwa keluarga harus tetap jadi prioritas," ungkap Suganda dalam wawancara bersama Kabar Kita. "Saya berusaha pulang setidaknya sebelum anak-anak tidur, atau minimal video call kalau terpaksa harus lembur."

Pasangan ini dikaruniai empat orang anak: Senya Lisung Hanjuang, si sulung yang kabarnya akan segera menempuh pendidikan S2 di luar negeri; Sancaka Lingga Hanjuang, siswa SMA yang dikenal aktif di bidang akademik dan organisasi; serta si kembar Adam Arya Hanjuang dan Yusuf Arya Hanjuang, yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Untuk menjaga privasi, kegiatan mereka tidak sering ditunjukkan di media sosial.

Lihat selengkapnya