Hari Ke-40
Aku tersenyum saat Bu Diana bertepuk tangan riang. Ia merentangkan kedua tangannya untuk memberiku pelukan. Aroma vanila yang khas menguar dari jilbabnya, menyapa indera penciumaku dengan lembut. Untuk beberapa saat, aku sengaja memperpanjang pelukan hangat itu.
"Kalau ada bagian yang kurang, tinggal di-highlight saja ya, Bu," ucapku seraya melepaskan pelukan.
"Ini bagus, Nak!" serunya, menoleh ke layar laptopku yang menampilkan deretan paragraf panjang. "Dengar, jangan mikirin juara apa enggaknya, tapi kamu harus tahu, bagi Ibu, ini sudah jadi juara satu. Kamu hebat dan Ibu bangga."
Perpustakaan yang sedingin es oleh AC mendadak terasa hangat. Ada yang penuh di dalam dadaku. Melihat Bu Diana begitu, meski suratku belum dikirim dan dinilai juri, aku justru merasa sudah menjadi pemenangnya. Itu semua karena aku melihat energi yang sama dengan ibuku di dalam dirinya. Membuatku yakin jika Ibu sama senangnya melihat hasil karyaku. Dan itu cukup untuk menjadi hadiah.
"Terima kasih, Bu. Tapi itu masih harus diedit," sahutku, terdengar malu-malu, yang justru membuatku semakin malu.
"Ini sudah oke banget. Dan yang paling penting akhirnya kamu kembali menemukan 'suara'-mu," katanya.
Aku mengangguk singkat. Tidak tahu harus merespons apa, tapi ucapannya adalah fakta.
Setelah membaca ulang sekali lagi, Bu Diana semakin yakin bahwa hasil karyaku tidak ada koreksi. "Sip, kamu resmi Ibu daftarkan jadi peserta lomba, ya." Aku mengangguk lagi. Jadi, selama ini Bu Diana belum mendaftarkanku?
Kemudian Bu Diana menjelaskan rangkaian teknis pelaksanaan lomba. Untuk lomba menulis surat, peserta harus mengirimkan karya tulisan tangan melalui pos berprangko selayaknya mengirim surat sungguhan, yang ditujukan ke alamat tuan rumah penyelenggara. Pada hari pelaksanaan, peserta cukup menikmati pameran hasil karya atau bisa ke ruangan khusus untuk konsultasi bagi peserta yang ingin dibimbing dalam proses kreatif atau berdiskusi seputar kesusastraan.
"Gitu saja, Bu? Nanti?" tanyaku agak bingung. Biasanya aku harus menulis langsung di hari pelaksanaannya atau presentasi hasil karya di depan juri.
"Pokoknya kamu nikmatin momen saja di sana. Bisa nonton peserta lomba musikalisasi puisi, dongeng, atau lainnya," jelas Bu Diana. "Nanti, bakal ada kurir yang mengirimmu surat balasan. Isinya berupa pengumuman pemenang."
"Unik juga ya, Bu."
"Unik sih unik, tapi bikin riweuh panitia!" Bu Diana memang terdaftar sebagai panitia.
"Hahaha. Semangat, Bu. Nanti dapat nasi kotak," sahutku menimpalinya dengan bercanda. "Umm, Bu...."
Bu Diana menoleh kepadaku. "Ada apa, Nak?" tanyanya.