Sejak Mimpi tak Lagi Mimpi

Choirunisa Ismia
Chapter #7

Kekecewaan yang Memutuskan

"Betul, alif. Coba lanjut!" khas suara Ibu membimbing salah satu anak rumah baca quran.

"Permisi, bisa minta waktunya Buk?" terdengar salah satu pekerja menegurnya.

"Ifa lanjut sendiri dulu ya!"

Ibu lalu mendekati pekerja itu.

"Sudah ada pelamar sesuai dengan kriteria Buk, kira-kira Ibuk akan mewawancarainya kapan?"

"Oh iya, aku belum kasih jadwal wawancaranya ya, memang ada berapa?"

"Baru dua Buk, belum lama juga kami pubhlis."

Ibu masih teringat Aya. Seharusnya putrinya yang mengurus semua ini. Tapi sudah dua hari ini setelah malam itu, putrinya masih mengurungkan diri di rumah. Sebenarnya Ibu tidak tega, dan ingin sekali menemani. Penghianatan yang saat ini membelenggu hati putrinya, tentu menjadi mendung pekat yang Ibu sendiri tidak tahu kapan badai di mendung itu pergi. Minimal saja, ada pelangi dari bagian hati lainnya, sebab tak semua hatinya terkena badai itu.

Dan Ibu menyadari, itu harapan, dari Ibu yang selalu menginginkan kebahagiaan pada sang anak meski setitik saja cahaya itu. Selebihnya, ia selalu berdoa agar Allah menjaga putrinya. 

"Bagaimana Buk?" tanya kembali pekerja itu.

Ini ibu juga memikirkan. Dan ya, kalo bukan putrinya yang lebih meminta Ibu untuk tetap mengajar anak di rumah baca quran-yang baru 1 bulan ini didirikan, Ibu memang saja ingin menemani, di sampingnya, menemani sang putri di rumah, atau jika mau keluar, Ibu sudah cepat-cepat siap mengantar. Sayangnya orang kelewat sedih selalu menemukan kekecewaannya sendiri. Bahkan dengan keputusan-keputusan sedetik juga yang mampu menghayutkan kekhawatiran dari yang lain; seperti putrinya ini memang. 

"Hem, ya sudah kamu kabari besok langsung wawancara jadi segera tutup saja. Lah, sepertinya cuma butuh empat kok, saya ga mau nanti pusing milih hehe." Tukas Ibu, "Apalagi, Aya," dalam pelan melanjutkan.

"Baik Buk." 

Pekerja rumah baca quran itu lalu meninggalkan Ibu yang kemudian ingin kembali masuk ke ruangan.

"Bu, tolong dengerin penjelasan aku Bu," tegur agak kejauhan kembali dari seorang.

Lihat selengkapnya