SEJAK

sisniwati
Chapter #2

Bab 2

FARA

 

Ada kejadian lucu tentang Baim dan kisah cintanya. Ada seorang gadis yang terobsesi banget buat jadian sama dia, namaya Maya. Maya melakukan berbagai cara agar Baim memperhatikannya. Dari kelas satu SMA hingga kelas tiga ia tetap berjuang mendapatkan hati Baim. Mulai dari bawain si Baim makanan setiap jam istirahat, hingga terang-terangan teriak kalo dia suka sama Baim, bayangin aja dia teriak dari lantai 2 sekolahan saat itu si Baim posisinya lagi di gerbang, sontak semua orang terdiam dengerin teriakan si Maya yang begitu keras, si Baim dengan santainya pake masker lalu jalan ke kelas seolah-olah itu bukan dia yang diteriakin. Respon si Baim??? ya kamu tau kan, dia tetap teguh sama prinsipnya. Kalo si Baim udah capek ngeladenin tu anak, jam istirahat dia main ke kelasku ngehindari si Maya. Kadang kasian juga ngeliat dia cemberut dan gak bisa gerak bebas. Apes bener lo ya im, ada yang naksir tapi ambis banget buat dapetin kamu.

“Im kenapa cemberut gitu?” kataku padanya yang duduk di tempat Elin.

“Ya kenapa lagi kalo bukan karena si Maya,” ucapnya seraya mengangkat kedua alis dan bernafas berat.

“Ngapain lagi tu anak?”

“Tadi dia berhasil mintas aku digerbang, dia bilang dia suka sama aku dan udah nunggu lama, dan dia nanya apa kurangnya dia.”

“Terus kamu jawab apa?”

“Ya gak jawab apa-apa, aku cuma bilang maaf ya May aku bukan orang yang pas untuk kamu, terus aku pergi.”

“Dan Maya berhenti ngejar kamu?”

“Kalo dia berhenti mah aku kagak se frustasi ini,” ucapnya sambil mengajak-ajak rambutnya sendiri.

“Tadi dia malah teriak nyemangatin aku di kelas lewat jendela, pak Tarno yang ngerasa terganggu malah ngusir aku keluar kelas bukan negur dia. Ahhh … lama-lama aku bisa gila ini fa, kenapa sih dia naksir sama aku?”

“Ya mana aku tau, kan gak ada yang bisa ngelarang seseorang buat suka dan jatuh cinta pada siapa.”

“Bantuin aku dong Fa, biar terhindar dari Maya, bentar lagi mau UTS juga. Kamu tau kan gimana ganasnya bokap.” Ya, aku tahu betul gimana kerasnya didikan ayah Baim. Baim selalu di tuntut untuk menjadi anak kebanggaan orang tua tanpa ada cela sedikitpun. Katanya sih ini karena Baim anak laki-laki satu-satunya.

“Kalo kamu punya pacar dia bakalan berhenti gak ya?”

“Mungkin, tapi siapa juga yang mau jadi pacar boongan aku?” ucapnya, kemudian ia melamun menatap ke arah papan tulis.

“Rara?” tanyaku

“Dia kan baru jadian, gak mungkinlah,”celetukknya.

“Hmm, siapa ya?” akupun ikutan mikir, agak lama kemudian dia tersentak dari lamunanya.

“Aku tau siapa.”

“Siapa?” tanyaku penasaran.

“Kamu Fa, kamu mau gak jadi pacar boongan aku?” ucapnya dengan mata yang berbinar-binar

“Whattt???”

“Plisss Fa, aku gak tau lagi harus minta tolong ke siapa, cuma kamu yang aku punya.”

“Masak aku? Kamu gila ya? Mana mungkin Maya percaya,” aku pun kemudian menjitak kepalanya.

“Percaya aja sih menurut aku kalo kita aktingnya bagus dan meyakinkan, toh banyak kan orang yang pacaran sama sahabatnya sendiri,” ucapnya meyakinkan “Kita boongannya sampai UN aja kok fa, setelah itu kayak biasa aja lagi, pliisss…. help me,” ia memohon, akupun berpikir cukup lama akan hal ini.

“Hmm, aku nanya pendapat Tomi dulu deh,” ucapku

“Oke siapp, ntar kita susun rencana sama Tomi sekalian”

Seperti biasa, sepulang sekolah kami biasa nongkrong di pengkolan ojek. Sore-sore seperti ini sudah tidak ada lagi tukang ojek yang berkeliaran, jadilah ini basement kami. Tersedia tempat duduk dari kayu sepanjang kurang lebih 3 meter. Lantai yang masih beralaskan tanah dan atapnya terbuat dari seng serta ada empat tonggak kayu yang menahan agar bagunan ini tetap berdiri. Aku pulang dari sekolah sama Baim sampai pengkolan ini, setelah itu diantar sama Tomi, karena rumahku dan rumah Tomi searah. Tapi tidak jarang juga Baim nganterin langsung ke rumah. Di pengkolan ini Baim menceritakan rencananya kepada Tomi dan meminta pendapatnya. Awalnya Tomi bersikeras untuk mencari cara lain, namun Baim meyakinkan cuma aku yang bisa dalam waktu sesingkat ini, ditambah lagi aku jomblo pula.

“Enggak masih ada cara lain” celetuk Tomi.

“Caranya apa?” tanyaku

Lihat selengkapnya