SEJAK

sisniwati
Chapter #14

Bab 14

FARA

 

Aku tidak mengerti dengan jalan pikirannya Baim. Bukankah dia terlalu baik untuk orang yang tidak ia kenal? Maksudku siapa yang mau berbuat demikian? Mempertaruhkan masa depannya untuk kepentingan orang yang bahkan baru pertama kali diajak bicara. Aku turun dari angkot di dekat lampu merah, aku ingin menenangkan diri sejenak dengan membeli beberapa makanan manis dan duduk di kursi pinggir jalan. Perasaanku tiba-tiba tidak enak, seperti ada orang yang memperhatikanku dari jauh, namun tidak ada siapa-siapa di sekitarku yang mencurigakan. Aku berusaha tenang, melanjutkan makan dan mengabaikan perasaan ini. Seseorang mengenakan seragam SMA tiba-tiba menarik lenganku dengan kuat, menuntunku ke arah gang sempit, aku berusaha melepaskan tangannya namun cengkramannya terlalu kuat. Ia berhenti dan aku melihat sekumpulan anak SMA laki-laki maupun perempuan disana, dan kulihat seragam yang mereka kenakan, DAMN!!! SMA Tri Harapan.

“Lo, anak yang kita kejar di pasar tadi kan? Mana dua teman cowok lo?” tanya anak yang membawaku kesini.

“Pasar? Sepertinya kalian salah orang,” aku berusaha untuk tidak terdengar gugup.

“Gak mungkin gue salah, inget banget gue lo satu-satunya cewek yang gue kejar seharian ini,” aku terdiam memperhatikan ekspresi mereka.

“Lo yakin gak salah orang? Atau lo bawa dia kesini karena lo suka?” tanya cewek berambut kuncir kuda kepada laki-laki yang membawaku. Laki-laki itu menatap tajam kearahku, lalu ia mencekik ku dengan tangan kanannya.

“Bener ini lo kan, gantungan kuncinya sama,” gantungan kunci yang dia maksud adalah gantungan kunci bunga matahari, salah satu hadiah yang ada didalam kotak yang diberikan Faiz kepadaku. Ucapnya dengan wajah datar membuat tanganku bergetar, aku berusaha melepaskan cengkramannya namun semua itu sia-sia. Mataku mulai sayup, seorang laki-laki datang berlari kearahku, menendang lengan laki-laki yang mencengkramku hingga aku terduduk lemas mencoba menghirup nafas dengan benar.

“Fa, kamu gak papa?” ucapnya dengan suara khawatir. Aku mengangguk dan kemudian melihat wajahnya, ternyata dia adalah pacarku, Kak Faiz.

“Wah ... Wah, udah kayak pahlawan di sinetron aja lo, lo gak tau berurusan sama siapa?”

“Kak, mending kita kabur yuk,”bisikku padanya.

“Gak bisa Fa, tenang kamu dibelakang aku aja.”

“Kalo orang nanya tuh dijawab,”ucap laki-laki yang membawaku tadi. Tanpa basa basi lebih lanjut perkelahian antara Kak Faiz dan laki-laki itu tidak dapat terhindarkan, laki-laki itu mulai tersudut, seketika teman-temannya yang lain membantunya melawan Kak Faiz. Melihat hal itu aku segera menelpon Baim, namun tidak ada jawaban begitu juga dengan Tomi. Aku melihat seseorang akan memukul Kak Faiz dengan kayu yang cukup panjang, aku mencoba memberitahu Kak Faiz tapi ia tidak mendengarku, aku tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk menolongnya. Dengan cepat kudorong tubuh Kak Faiz, dan akulah yang mendapat pukulan itu. Aku terdiam sesaat, kak Faiz panik melihatku, ku sentuh bagian kepala belakang dan kudapati darah yang keluar cukup banyak. Aku terjatuh ketanah dan setelah itu aku tidak tahu apa yang terjadi lagi.

 

TOMI

Lihat selengkapnya