SEJAK

sisniwati
Chapter #19

Bab 19

5 tahun kemudian

FARA

“Fa, aku dapat kontaknya,” teriak Tomi yang kemudian bergegas menghampiriku. Aku menyingkirkan makananku dan mempersilahkan tomi duduk.

“Beneran ini nomor Baim?” ia mengangguk dengan semangat. “Dapat dari mana Tom?”

“Dari Maya, emang si Maya dari dulu gak berubah yah.”

“Maya yang naksir sama Baim?”

“Iya Maya yang itu, apapun tentang Baim kayaknya Maya akan tau deh meskipun Baim ada di planet lain,” aku mengangguk membenarkan perkataan Tomi, Maya adalah seseorang yang sangat menyukai Baim dari dulu. Bahkan Maya bela-belain nyusul Baim ke Padang hanya untuk bertemu dengan Baim. Bagaimana hubungan mereka sekarang aku tidak tahu. “Coba deh kamu telepon dulu, mastiin itu beneran nomor Baim atau enggak.”

Tomi mencoba menelpon nomor tersebut. “Masuk sih, tapi gak di angkat. Gimana dong?”

“Coba kamu kirim pesan, mana tau dia sekarang lagi sibuk,” secepat kilat ibu jari tomi menari-nari diatas ponsel keluaran terbaru kesayangannya itu.

Setelah lima tahun berlalu, banyak hal yang telah terjadi, Tomi menamatkan pendidikannya di salah satu universitas bergengsi di ibukota dengan jurusan Manajemen dan saat ini sedang melakukan magang di perusahaan ayahnya. Sedangkan aku saat ini sedang berupaya menyelesaikan tugas akhir di jurusan DKV. Menurut Kabar yang aku dapat dari Bunda, Baim sendiri mendapatkan beasiswa untuk pendidikan dokternya di Jerman dan belum pernah pulang sekalipun. Aku dan Tomi akhirnya memutuskan ke rumah Bunda untuk menanyakan keadaan Baim dan kemungkinan Baim untuk pulang.

“Bunda denger dari kakaknya Baim, katanya Baim akan pulang akhir bulan ini.”

“Baimnya sendiri gak ada ngasih tau Bunda?” Bunda hanya menggeleng dengan lembut.

“Wah, Bunda harus marahin Baim sih pas dia sampe rumah. Berani-beraninya dia gak ngasih tau Bunda,” ucap Tomi bersemangat.

“Bunda liat dia pulang ke rumah aja udah seneng duluan, mana sempat Bunda marah,” jawab Bunda mengejek Tomi.

“Yaudah kalo gitu biar aku aja yang marahin dia Bun.”

“Halah, gaya-gayaan marahin Baim. Diajak berantem beneran langsung kiyut,” ucapku sambil melempar bantal ke arah Tomi.

“Ya dia pake otot sih, coba duel basket pasti aku yang menang.”

“Iya deh si paling basket,” ujarku mengejeknya.

Setelah makan dan ngobrol dengan Naila adiknya Baim, aku dan Tomi pamitan untuk pulang ke Bunda. Di jalan, tiba-tiba ponsel Tomi berdering. Ia kemudian meminggirkan motor dan meraih ponsel yang ada di kantong jaketnya.

“Dari siapa?” tanyaku padanya.

“Dari Maya, tumben banget nih anak nelpon,”

“Angkat aja, mana tau ada berita tentang Baim,” ujarku pada Tomi. Ia kemudian mengeraskan volumenya agar aku dapat mendengar dengan jelas suara Maya.

“Ada apa May? Ini di samping aku ada Fara, gak papa kan?”

“Gak papa Tom. Oh ya, hai Fara. Lama gak ketemu apa kabar?” ucap Maya dengan lembut.

“Baik May, kamu gimana kabarnya?”

Lihat selengkapnya