FARA
Hari ini akhirnya datang, hari dimana aku bertemu dengan Baim setelah lima tahun lamanya. Pagi-pagi sekali Tomi sudah membuatku kesal, masih jam empat pagi namun ia sudah menghubungi ku. Ingin sekali aku menjitak kepalanya karena membuat benjolan di keningku. Tapi, semua amarah itu berusaha aku redam, aku tak ingin merusak hari ini. Jam tujuh pagi aku sudah sampai di rumah Tomi, kudapati dia masih goleran di kasur.
“Tom, kamu bener-bener ya. Bisa-bisanya masih goleran setelah bangunin aku kayak tadi,” ucapku seraya memukulnya dengan bantal.
“Ups, santai neng. Jam satu siang itu masih lama, ngapain siap-siapnya dari sekarang?” ia pun berhasil mengambil bantal dari tanganku dan membawanya menjauh ke arah tangga.
“Mama, liat anak Mama nyebelin banget.”
“Sayang, kamu apain lagi Fara?” tanya mama dari arah dapur.
“Enggak aku apa-apain Ma, Fara nya aja yang kecepatan tapi malah nyalahin aku,” ucap Tomi yang sudah sampai di meja makan lalu meneguk segelas susu.
“Oh iya, hari ini Baim pulang ya? Yaudah kamu siap-siap gih nak.”
“Apaan sih Ma, ini masih jam tujuh pagi.”
“Kamu itu mandinya lama udah kayak anak gadis, kalo kamu siap-siap dari sekarang paling berangkatnya jam sembilan, belum lagi kalo kena macet di jalan. Bisa-bisa nanti Baimnya kelamaan nunggu, mending kamu yang nunggu dia kan?”
“Tuh dengerin kata Mama,” sahutku. Tomi pun mengalah dan dengan pasrah berjalan terluntang-luntang menaiki tangga.
Dua jam kemudian Tomi turun dengan pakaian casualnya. Kami berpamitan kepada Mama. Tomi dengan santainya mengemudi mobil keluaran terbaru yang baru saja dibelikan oleh Papanya. Aku bilang kepada Tomi untuk menjemput Maya terlebih dahulu.
“Maya ikut dengan kita?” tanyanya dengan heran.
“Iya, kemarin Maya bilang mau barengan sama kita.”
“Maya dapat nomor kamu dari mana? Perasaan aku gak ada kasih tau ke dia dah.”
“Ya namanya juga Maya, apasih yang gak bisa dia tahu? Mungkin mantan pacar kamu yang bejibun itu aja Maya tau.”
“Fara, jangan mulai deh,” ucap Tomi dengan nada kesal, namun bagiku sangat lucu melihat wajah Tomi yang kesal. Kapan lagi bisa membuat Tomi kesal? Selama ini hanya dia yang sering membuatku kesal.
TOMI