Rutinitas titip salam terus berlanjut sampai akhirnya Asri menelepon, ke rumah orang tuaku tentunya karena waktu itu belum ada handphone. Belum ada yang murah, tepatnya.
"Catet, ya, ini nomor telepon rumahku." Asri lantas menyebutkan deretan nomor.
Aku catat. Tapi aku tak pernah meneleponnya. Selalu Asri yang menelpon duluan, setidaknya sampai menjelang kelulusan. Waktu itu, malam-malam sepulang dari suatu tempat, aku putuskan menelponnya untuk pertama kali.
"Halo," kataku waktu dia angkat telepon.