Jika proyek di Pekanbaru sedang jeda, aku kembali ke Jakarta. Sekali dua kali ada proyek lain yang harus kukerjakan di Jakarta. Lumayan, lah, untuk menambah-nambah pendapatan.
Sementara itu, di balik nyamannya rumah kontrakan kami, ada saja kekurangannya. Rupanya anak si Ibu "sakit". Entah depresi entah apa. Tapi selama ini dia tidak mengganggu kami. Kami biasa berjumpa dengannya ketika pergi atau pulang kerja. Tidak pernah ada masalah. Sampai suatu ketika, entah marah karena apa dan pada siapa, sang anak mengamuk dan memukul-mukulkan tongkat jemuran ke kaca besar di samping pintu kamar kami.
Kami hanya bisa menjauh dari pintu. Aku menenangkan Asri yang menangis ketakutan. Ibu kontrakan datang membujuk anaknya hingga amarahnya reda. Masalah selesai. Tapi aku tak tenang meninggalkan Asri sendiri jika nanti aku masih harus pergi ke Pekanbaru.