Sejati

Deden Darmawan
Chapter #23

Ranting Patah

"Pak, gimana, ya, Kaka pengen banget ikut studytour, tapi ibu gak bisa cuti jadi gak bisa nemenin. Bapak bisa nggak?"

"Waduh, Bapak juga gak bisa, Bu."

"Duh, gimana, ya? "

"Gak usah ditemani orangtua juga gak apa-apa, kan? Tahun lalu rasanya ada anak yang studytour gak ditemenin orang tuanya."

"Iya, dititipkan ke gurunya. "

"Nah, Kaka juga kita titip ke gurunya saja."

"Kasihan, ah. Dia pasti sedih kalau gak sama ibunya. Ibu maksain cuti saja. Si Adik juga ikut."

*****

"Pak, kita sudah sampai. Seru. Anak-anak seneng banget."

Asri mengirim pesan disertai foto mereka dengan latar bangunan berornamen tradisional Cina. Ada patung singa persis di belakang mereka.

"Lho, kok kebetulan? Ini Bapak juga sedang di depan patung singa."

Aku berfoto selfie di depan patung singa di depan pertokoan yang memang berornamen tradisional Cina juga. Kukirim fotonya ke Asri.

"Hahaha. Kok, sama, ya? Memang Bapak lagi di mana?"

"Ini sedang ke service center, benerin kamera."

*****

Malam itu aku perkirakan mereka sedang dalam perjalanan pulang. Waktu menunjukkan pukul 9 kurang dan aku masih di kantor. Aku kirimi Asri pesan whatsapp namun belum berbalas.

Tiba-tiba ada telepon masuk. Nomornya tak kukenal. Buru-buru kuangkat.

"Halo?"

"Paak? Ini Ibuu..."

Deg.

"Ibu pinjem henpon suster. Bisnya kecelakaan. Masuk jurang paak...."

Innalillahi.

"Terus bagaimana? Anak-anak bagaimana?" Aku panik.

"Ibu gak apa-apa. Adik aman, cuma belum bisa ngomong. Kaka, Paak. Kaka tangannya berdarah."

"Tapi Kakanya sadar? Bisa diajak bicara? Kepala kalian gak terbentur? Pusing nggak?"

"Nggak. Cuma Kaka, Pak, tangannya," Asri terus mengulang-ulang perihal tangan Kaka. Aku kembali tenang karena mereka dalam kondisi sadar. Apalagi Asri masih mengingat nomorku.

"Ibu tenang aja. Istirahat, pastikan anak-anak aman. Aku kesana sekarang."

Aku ditemani rekanku meluncur ke rumah sakit sesuai petunjuk Asri.

*****

Di depan gerbang rumah sakit seorang keluarga sesama korban kecelakaan itu menjemputku. Kudapati belasan orang tengah dirawat di ruang IGD. Cukup ngeri melihat luka dan erangan mereka. Penjemputku membawaku ke satu ruangan di mana Kaka terbaring lemah.

Lihat selengkapnya