Pagi-pagi, obrolan dari anak-anak SMA Mutiara Nusa sudah bising dengan yang namanya gosip receh. Aku dan Arfandi yang baru tiba di koridor sekolah langsung terheran-heran, ada apa dengan obrolan tak biasa mereka? Kami masuk ke dalam kelas, dan obrolan masih tetap sama. Riuh tak terhingga bagai tak dapat dibendung lagi. Aku yang memang tak pernah ikut bergosip dan bergunjing, hanya mengabaikan saja. Lagi pula aku juga tak tahu apa yang sedang menjadi berita besar dikalangan anak-anak sekolah kali ini.
“Ada apaan sih?” Arfandi melirik kecil ke arah meja di belakangnya. Melirik kepadaku sambil berbisik. Aku hanya mengangkat bahuku pertanda aku juga tak tahu dan lebih memilih tak ikut campur. Arfandi sudah mengerti kalau aku juga tak tahu. Dia langsung kembali memosisikan duduknya dengan benar. Melihat ke arah depan. Kemudian sibuk dengan kameranya. Sedangkan aku langsung merogoh earphoneku dari dalam saku jaket. Lalu langsung mengaitkannya di kedua daun telingaku. Sambil ku putar lagu di ponsel. Lagu Fix You dari Cold Play langsung terdengar mengalun di earphoneku. Kemudian aku menenggelamkan wajahku pada lipatan tangan di atas mejaku.
Beberapa menit kemudian, Rico datang ke kelas. Semua pandangan dari anak-anak sebelas IPS-1 langsung melirik tajam ke arahnya. Membuat Rico juga menjadi bingung sendiri. Dia lalu melangkah menuju mejanya yang berada di belakang mejaku. Dan dengan tangan jahilnya, dia kemudian sibuk mengacak-acak rambutku tanpa permisi. Sebelum dia kemudian duduk di bangkunya sendiri. Perlakuan yang membuat aku kesal dengan sikap isengnya pagi ini.
Aku bangkit dari kemalasan tadi. Langsung melirik kesal kepada Rico yang ada di belakangku. Dia hanya terkekeh, mengulas senyumnya yang ringan lalu mengangkat tangannya, melambai-lambai kepadaku.
“Selamat pagi, Sejati!” sapanya tanpa rasa penyesalan setelah ulahnya tadi mengacak-acak rambutku tanpa sebab.
“Dasar sinting!” ucapku ketus. Tak tahu harus meladeni sikapnya yang nyeleneh itu seperti apa lagi? Aku hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala lalu kembali memosisikan lagi badan seperti semula. Menenggelamkan wajahku diantara lipatan tangan.
Tiba-tiba suara ketukan pintu kelas, membuat aku harus memosisikan kembali badanku dengan tegap. Setelah aku melihat Bu Siti, yang tak lain adalah wali kelas kami datang dan meminta Rico untuk mengikutinya ke ruang guru. Membuat seluruh isi ruangan kelas riuh menyebut-nyebut nama Rico.
Oke, baiklah, untuk pertama kalinya dalam sejarah, aku penasaran tentang itu. Sebenarnya ada masalah apa? Apa yang membuat obrolan anak-anak sekolah sedari tadi tak terhenti akan percakapannya? Dan kenapa Rico dipanggil oleh Bu Siti? Apa ini ada hubungannya dengan Rico?