Sehari pasca kejadian tempo hari di gedung pelaksaan Olimpiade, aku tak cukup bergairah untuk sekolah. Malas rasanya, setelah kekalahanku yang menyakitkan berhubung kami hanya kalah dengan selisih satu angka! Ah sial, andai aku tak lupa menekan tombol waktu itu, kami pasti sudah berhasil menjadi juara. Aku masih saja kesal!
Aku memilih untuk menyendiri di taman sekolah. Tempat yang selalu terasa teduh dan sejuk karena banyaknya pohon-pohon yang menyejukan hati. Untuk melupakan kejadian itu, aku memilih untuk membaca sebuah novel remaja, lengkap dengan kaitan earphone yang menghubungkanku dengan alunan musik. Aku tertunduk, fokusku hanya pada buku yang kali ini sedang aku baca. Sampai suatu ketika, seseorang duduk di samping kananku. Lalu menyodorkanku sesuatu yang paling aku sukai di dunia ini. Ice cream!
Awalnya aku tersenyum melihat ice cream itu berada di depanku. Tapi saat aku melihat siapa si pemberi ice cream itu, senyumku mendadak luntur. Bahkan berubah menjadi bad mood. Huft, untuk apa orang ini menghampiriku dan memberikan aku ice cream?
“Buat kamu!” ucap orang itu dengan senyumannya yang masih sangat khas. Tak ada yang berubah.
“Huft!” aku menghela napas berat. Malas! Aku langsung mengalihkan lagi fokusku pada buku. Melanjutkan kembali bacaanku yang sempat terganggu. Namun dia masih saja tak kunjung pergi meninggalkan aku. Dan kali ini dia malah bertindak kejauhan. Melepaskan earphone yang sedang mengait manja di telingaku lalu secara tidak sopan menutup bukuku tanpa permisi.
“Ini!” ucapnya lagi. Yang memaksa aku seperti harus melihat ke arahnya.
“Kali ini apa lagi?” tanyaku malas.
“Kamu masih suka ice cream kan?”
"Huh,” aku menghela napas lagi. “Udah gak, kalau yang ngasihnya lo!”