Hari ini aku ke sekolah diantar oleh Kak Rangga. Tak seperti biasanya memang. Kuliah Kak Rangga katanya sedang santai jadi dia menyempatkan waktunya untuk bisa mengantarkanku. Aku sih tak masalah, lumayan juga untuk mengirit ongkos. Aku selama ini memang lebih sering menggunakan bus kota jika akan ke sekolah.
Hal yang membuat aku malas diantar Kak Rangga adalah pesona wajah tampannya yang sanggup membuat anak-anak cewek di sekolahku sibuk tak karuan. Kata mereka Kak Rangga itu mirip Park Seo Joon, aktor drama Korea gitu. Ueekkkk! Mereka rata-rata pada suka cari perhatian dengan senyum-senyum tak jelas bagaikan orang gila! Huh, dan Kak Rangga selalu dengan sengaja tak tahu malu merespon mereka. Padahal kan dia sudah punya pacar. Kalau aku jahat, sudah aku adukan dia kepada pacarnya itu.
“Eitsss, gak usah turun!” kataku mencegah Kak Rangga yang akan ikut turun dari mobil.
“Why?” tanya Kak Rangga dengan mimik wajah heran.
Huh, aku menghela napas berat! Merasa tak habis pikir dengan tingkah laku Kak Rangga yang seperti sengaja ingin membuatku malu. Aku tak memiliki wajah yang lumayan, membuat teman-temanku kadang usil bertanya apa Kak Rangga itu beneran kakak kandungku? Arghhh benar-benar pertanyaan yang membuat aku semakin kesal!
“Gak usah turun. Kakak bakalan bikin aku malu!”
“Lah kok gitu?”
Aku memutar bola mataku. “Apa harus aku aduin ke pacar kakak?”
“Waduh! Oke deh, sorry my sis. He he,” Kak Rangga terkekeh. Aku hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala. Lalu segera keluar dari dalam mobil.
“SALAM BUAT ADIK IPAR GUE!” ucap Kak Rangga sambil berteriak dari dalam mobil dengan mendongokkan kepalanya keluar dari pintu mobil.
“Serah!” aku segera membanting pintu mobil dan berlalu pergi meninggalkan Kak Rangga. Sedangkan aku sudah bisa memprediksi, dia sedang tertawa puas karena berhasil membuatku kesal di pagi hari ini.
***
“Sejati, tadi babang Seo Joon anterin lo ya?” seseorang yang entah dari mana datangnya menyapaku dengan tiba-tiba. Dan tanpa basa-basi langsung mengarahkan pertanyaannya pada Kak Rangga. Huft, benar kan apa kataku, selalu saja begini.
Aku hanya bisa mengangguk malas.
“BTW kakak lo udah punya pacar?” Ada satu orang lagi yang mendekati aku. Ini sangat menggangguku sekali!
“Udah!” jawabku singkat.
“Ih sayang banget udah punya pacar! Padahal gue tertarik sama kakak lo!”
Hah? Emangnya kalau kakak gue jomlo, kakak gue mau sama manusia dempulan bedak kaya lo! Aku mencibir dalam hati. Melihat kakak kelas yang terlihat bagaikan tante-tante sekolahan menurutku.
“Aku masuk dulu ya!” ucapku meninggalkan mereka yang sedari tadi menguntitku.
“Gilaaa, ada angin apa seorang Sejati dianterin berbondong-bondong sama orang-orang?” tanya Arfandi menggodaku dengan nada mengejek!
“Sial!” aku menggerutu. “Bilangin sama Kak Monica tuh, cowoknya ganjen bin stress!”
“Kak Rangga? Oalah aku ngerti!” Arfandi menggangguk-anggukan kepalanya pertanda mengerti apa yang sedang aku kesalkan hari ini.
“Tapi emang dia beneran kakak lo? Kok beda banget sih sama lo?” Suara Rico tiba-tiba menyambar di antara kami. Membuat rasa kesalku semakin menjadi. Dan Arfandi semakin tertawa lepas mendengar kata-kata yang tadi Rico lontarkan itu.
“Hah? Maksud lo?” aku memelotot kan mataku yang sudah emosi. Sambil berkacak pinggang.
“Lah, kenapa? Gue bicara jujur kok!” ucap Rico, polos.
“Jadi maksud lo, gue jelek dan Kak Rangga itu cakep. Jadi lo ngira kita gak pantes disebut kakak adik, gitu?!”
“Eh bukan gitu maksud gue!” Rico nampak ketakutan melihat aku yang sudah kesal. Tangannya dia lambai-lambai setinggi dada, berharap aku tak salah paham dengan ucapannya. Dan Arfandi malah semakin terkekeh geli.
“IYA, GUE EMANG ANAK PUNGUT! PUAS LO?”
“Kata siapa?” Rico menatapku. Heran. “LO CANTIK!” ucap Rico tiba-tiba.