Hari Minggu harusnya dimanfaatkan oleh para pelajar sepertiku ini untuk istirahat. Tapi sial untukku yang harus pergi ke sebuah tempat karena perintah seseorang tanpa nama yang mengirimiku pesan di pagi hari!
+62898997xxxx
Jam satu sore nanti, aku tunggu kamu di Delapan Padi Cafe ya, aku pengen ngobrol sama kamu! Penting! Aku akan nunggu kamu sampai kamu datang :)
Aku sudah bisa menebak dari gaya dia mengirimkan pesan singkat. Huh! Sebenarnya aku malas sekali! Apalagi orang yang mengirimkan aku pesan adalah Syahrul, orang yang masuk ke dalam daftar orang yang sedang aku hindari. Tapi aku tahu tabiat dia, dia akan tetap menunggu di sana walaupun itu berarti seharian.
Masih ingat dulu di saat aku dan dia masih pacaran. Dia mengajakku bertemu di Bandung Indah Plaza Mall. Dia mengirimkanku pesan pukul delapan pagi dan mengajak bertemu jam sebelas siang. Namun saat itu ponselku sedang mati total sejak kemarin, dan aku lupa untuk mengisi daya ponselku. Aku baru ingat kalau ponselku belum di cas saat Kak Rangga mengomel karena dia tak bisa menghubungiku. Saat itu sekitar jam dua sore.
Aku langsung menyerbu ponsel, dan di saat aku menghidupkan ponselku, ada belasan pesan dari dia. Dan langsung terkejut setengah mati! Aku pikir dia pasti sudah pulang karena menungguku terlalu lama bahkan tanpa respon. Aku merasa bersalah dan langsung menghubunginya. Sudah jelas aku harus meminta maaf. Tapi yang dia katakan adalah, dia masih di sana, menunggu aku! Gila! Hati perempuan mana yang tak panik kalau tahu pacarnya menunggu berjam-jam tanpa kepastian seperti itu? Aku langsung bergegas pergi, memohon kepada Kak Rangga untuk mengantarkanku walaupun aku tahu Kak Rangga baru saja pulang dari kampus karena ada rapat Organisasi Mahasiswa di Kampusnya.
Dan sekarang dia juga pasti begitu. Karena kalian tahu, sifat manusia tak akan begitu cepat berubah! Benar kan?
Aku menghela napas panjang. Kenapa dengan orang ini? Begitu menggangguku. Begitu membuat aku susah untuk... lupa! Membuat aku selalu gagal menghapus setiap kenangan bersamanya. Aku takut kalau aku tiba-tiba saja berharap lagi padanya. Sedangkan aku tahu, saat ini dia sudah punya tunangan. Dan tunangannya bahkan sangat cantik. Anak konglomerat lagi!
“Mau ke mana?” pertanyaan Kak Rangga menyerbuku saat melihat aku yang sudah mandi di jam sebelas siang. Kak Rangga melihatku heran, karena selama yang dia tahu, aku kalau sudah hari Minggu atau di hari libur pasti malas untuk mandi. Kecuali kalau memang akan pergi keluar.
“Kepo!” jawabku ketus.
“Ketemuan sama cowok baru ya? Siapa? Kenalin dong!” ucap Kak Rangga usil yang langsung menenggelamkan seluruh tubuhnya di atas tempat tidurku tanpa permisi. Aku yang sedang duduk menghadap cermin hanya bisa mendecak kesal melihat kelakuan kekanak-kanakkan dari kakakku itu melalui cermin.
“Bukan!” kataku.
“Terus siapa? Arfandi? Atau si anak ibu kota itu?”
“Rico?”
“Nah iya!”
“Ngarang!” aku memutar bola mataku, merasa kesal dengan sikap so tahu kakakku itu! “Gak jalan-jalan sama pacar? Usil lo kalau di rumah, kesel gue!”