Aku turun dari ojek online ketika sudah sampai di depan Delapan Padi Cafe Bandung di sekitaran jalan Dipatiukur. Sedangkan orang gila itu sudah semakin menggangguku dengan hantaman-hantaman pesan yang tak kunjung berhenti. Huft! Aku berusaha keras mengatur ritme detak jantungku yang semakin cepat tak karuan. Gila, bagaimana mungkin sensasinya masih sama, tak ada yang berubah? Apa aku saking terlalu kebawa perasaan saat menjalin hubungan dengannya, sampai-sampai membuatku jadi hilang akal seperti ini kala hubungan kita sudah berakhir?
Aku hanya bisa menggeleng kecil. Aku masuk ke dalam Cafe, disambut dengan sapaan ramah dari pegawai di sana. Aku tersenyum kecil membalas sapaan ramah itu. Lalu segera bergegas menuju Syahrul yang sudah melambai-lambai riang saat aku baru saja sampai dibalik pintu.
Dasar sinting! Cibirku dalam hati.
“Hai!” Syahrul menyapaku dengan senyumannya yang tak kunjung hilang.
Gak usah baper, please, Sejati! Hardikku dalam hati. Aku lalu duduk tanpa disuruh. Di sana sudah ada dua gelas minuman. Satu strawbery smoothies, sudah pasti itu adalah milik Syahrul. Dan satu lagi adalah ice matcha latte, minuman kesukaanku. Huh menyebalkan, bagaimana mungkin dia masih ingat minuman kesukaanku?
“Ada apa?” tanyaku tanpa basa-basi.
"Kamu mau ice cream?” katanya tanpa menjawab pertanyaanku. Membuat aku sedikit memutar bola mata, kesal!
“Syahrul, lo ada apa nyuruh gue datang ke sini?” aku sudah terlanjur kesal.
“Gak ada apa-apa. Aku pengen ketemu kamu aja. Gak boleh?”
"Huft!” aku menghela napas berat. Lalu bangkit dari tempat dudukku berniat untuk pergi. Sudah sangat pasti dia akan seperti itu, mengatakan sesuatu yang tak penting! “Gue balik! Hal yang penting kata lo, ternyata gak penting buat gue!”
“Eh?” Syahrul meraih tanganku cepat. Aku melirik ke arahnya. Dia kemudian menarik aku untuk kembali duduk. Aku menyerah dan kembali duduk!
"Aku gak mau kamu pergi ke GBK!” ucap Syahrul. Aku melihat dia dengan malas.