SEJATI

Nurarum Rusmayanti
Chapter #24

Tentang Rico

Hai namaku Rico Dewantara. Seperti yang kalian tahu, aku lebih akrab di sapa Rico! Aku adalah cowok kelahiran Jakarta. Aku pindah ke Bandung karena berbagai alasan. Salah satunya adalah karena kasus viralnya video menyangkut aku saat ‘disangka’ sedang membully seorang teman sampai bunuh diri!

Aku  gak tahu, apa aku layak untuk menjabarkan penjelasan. Karena nyatanya, kejadian itu tak sepenuhnya benar. Aku akan menceritakan sedikit, apa yang sebenarnya terjadi.

Jadi dulu itu, aku dan si korban sempat ada sedikit problem. Karena banyak kabar yang berhembus, dia menyebarkan isu kalau aku lolos ke Olimpiade Ekonomi mewakili sekolah karena statusku yang seorang anak pemilik sekolah itu.

Tentu saja sebagai orang yang merasa tak melakukannya dan aku juga merasa, terpilihnya aku sebagai perwakilan sekolah, berkat hasil kerja kerasku yang terus belajar tanpa henti! Jujur aku marah besar! Aku berniat ingin menemui dia dan mengetahui kebenarannya.

Hingga suatu ketika, Janied, yang dulu merupakan salah satu teman baikku, memberikan saran agar kami melakukan pertemuan tertutup dan tersembunyi di gudang belakang sekolah. Aku yang sudah kelewat marah besar langsung setuju saja.

Aku dan seorang temanku menunggu di gudang sekolah. Sedangkan Janied dan dua orang temanku yang lain menghampiri anak itu untuk bisa segera pergi ke gudang sekolah.

Namun, betapa terkejutnya aku saat dia datang dengan wajah lebam dan luka darah di mana-mana. Aku langsung refleks terkejut melihat wajah dia yang berlumuran darah saat menemuiku. Aku menghampiri dia dengan cemas. Aku melihat wajahnya dari dekat. Lukanya masih segar, berarti dia baru saja mendapatkan perlakuan kejam itu. Aku menyentuh wajahnya dan menanyakan kepada dia siapa yang sudah tega melakukan itu padanya.

Tapi jawabannya membuat aku gila! Dia bilang ini dilakukan oleh orang suruhanku. Aku jelas kaget karena tak pernah merasa menyuruh orang untuk melakukan penganiayaan. Walaupun aku memang terkenal memiliki emosi tingkat tinggi tapi aku masih punya otak untuk melakukan perlakuan setega itu!

Aku bertanya pada dia, siapa yang melakukan itu. Tapi dia tak menjawab. Aku semakin kesal. Membuatku harus berteriak kencang di depan wajahnya. Membuatku harus mendorongnya karena mulutnya tetap saja bungkam! Bahkan sebelum aku selesai dengan tujuan awalku apa ingin menemuinya di sana, aku sudah terlanjur tak mood. Lalu memilih pergi meninggalkan dia yang sedang terbujur kaku di atas lantai dengan rasa kecewa. Aku sungguh tak habis pikir, siapa orang yang melakukan itu?

Lihat selengkapnya