Malam ini sekitar pukul tujuh malam. Rico sudah berada di rumahku karena kami sudah janjian bersama Arfandi akan menyusun rencana kami tiga hari lagi. Kebetulan, Mama dan Papaku sedang tidak ada di rumah karena sedang berkunjung ke rumah tante di Jakarta. Harus kalian tahu, orang tua ku belum juga aku kasih tahu. Ini juga atas perintah Kak Rangga. Katanya dia yang akan mengurus semuanya. Aku sih, ikut saja apa kata Kakakku.
Selagi menunggu Arfandi yang masih dalam perjalanan, Kak Rangga malah mengajak Rico untuk beradu skill dalam permainan PS2. Huh, bagaikan di kasih sebuah hadiah lotre saja! Kak Rangga selalu senang jika aku mengajak teman main ke rumah. Katanya sih biar ada temen main PS2. Dan seperti biasanya, akulah yang menjadi ‘korban’ dicuekin oleh dua cowok itu.
Aku lalu terfokus pada novel yang baru saja aku beli kemarin. Sebuah karya novel dari penulis Favoritnya, Andrea Hirata! Novel-novelnya selalu bisa membuatku terkagum-kagum dengan setiap kemasan kata dan cerita yang di tuliskan. Hingga pada akhirnya, aku selalu tenggelam dalam duniaku sendiri. Sampai-sampai lupa pada sekitar!
***
Rangga dan Rico masih sibuk dengan permainan PS2-nya. Mereka asik dengan permainan sepak bola. Kadang ribut sendiri! Saat Rangga kalah, kelakuannya yang sudah sering terjadi adalah menyalahkan stik PS. Kadang Sejati selalu geleng-geleng kepala sendiri melihat kakaknya yang begitu fanatik dengan game PS2.
Di tengah-tengah permainan mereka, Rico melirik ke arah Sejati yang sedang tiduran di atas sofa lengkap dengan earphone dan sebuah buku yang sedang asik di baca. Rico memanggil Sejati berkali-kali, tapi Sejati sama sekali tak menggubris dan terlanjur hanyut dalam dunia bacaannya. Hal itu membuat Rico geleng-geleng kepala.
“Kalau mau manggil dia pas lagi PW itu ada trik-nya!” seloroh Rangga. Pandangan dari dua mahkluk itu tetap tak beralih dari layar monitor televisi.
“Gimana?” tanya Rico.
“Lempar aja pake bantal! Mau coba?”
“Eh, gak usah! Biar dia gak ganggu juga kan?” ucap Rico sambil terkekeh.
“Iya, dia hobby-nya emang ganggu kesenangan gue! Sering!” Rangga mencoba menimpali. Rico kembali melirik Sejati, tak sadar secuil senyum melengkung di bibirnya.
Ebuset, gue kenapa dah pake senyum sendiri? Secepat mungkin, Rico segera membunyarkan segala pikirannya saat melihat cewek yang menurutnya sedang terlihat sangat ‘imut’ itu saat terlentang serius di atas sofa sambil asik membaca.
“Jangan dilihatin terus. Nanti suka!” sambar Rangga sambil sedikit menggoda. Rico hanya bisa langsung salah tingkah saat dia sudah terlanjur tertangkap basah sedang memperhatikan Sejati. Adik kesayangannya Rangga.
“Engga ih, Bang! Siapa juga yang lihatin!” ucap Rico cepat menyanggah. Rangga kembali terkekeh lalu geleng-geleng kepala.
“Kalau lo sampe suka sama adek gue, saingannya banyak! Lo gak akan kuat!”