“Mau aku anterin pulang?” Arfandi menawariku tumpangan dan berniat ingin mengantarku pulang. Tapi aku jelas saja menolak karena aku sudah ada janji pulang bersama dengan seseorang. Arfandi mengerti, lalu dia pamit pulang duluan!
Beberapa minggu pasca nekad jilid tiga itu, aku masih belum bisa move on! Di mana begitu banyak sesuatu hal yang bahkan tak cukup hanya sekadar menjadi cerita saja! Itu benar-benar hal yang menakjubkan yang pernah aku alami dalam hidup ini. Tak bosan-bosannya, aku terus saja menceritakan pengalaman itu. Rasanya seperti hari kemarin saja. Kejadian yang sempat menguras emosi dan air mata itu, mampu membuatku selalu mengingat terus hari itu.
Aku dan Rico berjalan seiringan memasuki area komplek rumah kami. Kebetulan hari ini aku dan Rico berangkat dan pergi bersama-sama dengan naik bus kota. Katanya motor Rico sedang di service, dia malas bawa mobil sendiri. Dan aku kalau tak diantar kak Rangga memang selalu naik bus. Rico akhirnya mengajak aku untuk bersama-sama. Dan aku tak mungkin menolakkan? Toh jalan kita juga memang satu arah.
Sore itu sekitar pukul tiga sore, sepulang sekolah, aku dan Rico memasuki area komplek dengan santai sambil sesekali menceritakan perjalanan seru dan menegangkan kami ke GBK tempo hari. Hal itu selalu sukses membuat aku dan Rico tertawa terpingkal-pingkal! Sampai pada akhirnya, aku sudah sampai di depan pintu gerbang rumahku.
“Kamu mau mampir dulu?” tanyaku pada Rico. Dia menggeleng. Aku mengangguk kecil. “Oke deh. Kalau gitu, aku duluan ya. Dah!”
Belum sempat aku melangkah, tangan Rico sudah meraih tanganku lalu menghentikan langkahku. Aku menoleh dan kembali mambalikkan badanku ke arah Rico.
“Ada apa?” tanyaku.
“Emmm anu, gue mau ngomong sama lo,” ucap Rico dengan terbata-bata. “Penting.”
“Iya ngomong aja,” ucapku santai. Aku melihat Rico nampak gugup.
Kenapa sih ini anak? Pikirku dalam hati saat melihat ekspresi Rico yang tak seperti biasanya itu.
Deg! Deg! Deg!
“Heh, mau ngomong apa? Kenapa sih, kaku amat!” ucapku sambil terkekeh. Rico menatap mataku dalam. Aku balas menatap matanya juga.